07. Disappointed

1.4K 152 198
                                    

Vote & Comment, please.

♣️♣️♣️

"Jazz, lo lihat buku tugas kimia gue, gak?" tanya Samantha pada teman sebangkunya, sembari meraba ke dalam laci meja. Raut wajahnya terlihat khawatir, pasalnya ada tugas minggu lalu yang harus dikumpulkan hari ini.

Samantha beberapa kali menunduk, mengintip dan mengobrak-abrik laci meja, namun nihil, buku yang dicarinya memang tidak ada di antara buku-buku catatan lainnya. Dengan frustrasi, Samantha meraih ranselnya yang tergeletak di kaki meja dan mengeluarkan semua isinya ke atas meja. Kontan, kesibukkannya itu menyita perhatian seluruh orang, termasuk Qiana Feezadewi yang duduk di seberangnya. "Coba lo inget-inget lagi, Sam. Mungkin ketinggalan di rumah?"

Samantha menoleh ke kanan, dan menggeleng pelan. "Gue yakin banget, tadi gue taruh di sini, Qi!" pekiknya seraya menunjuk laci meja. Wajahnya pucat pasi, ia takut dihukum karena dianggap tidak mengerjakan PR. Tapi, yang paling ditakutkan adalah tugasnya akan diberi nilai nol.

"Lo nyari ini?" Suara bariton menginterupsi, semua atensi beralih pada cowok yang bersandar di dinding sudut kelas sambil tersenyum miring. Ia mengangkat tangan kanannya dan menunjukkan buku catatan bersampul biru.

Samantha memfokuskan pandangan, sedetik kemudian bola matanya membulat sempurna. Lantas, ia bangkit dan menghampiri Sadewa. "Balikkin!"

"Eits!" Sadewa meninggikan tangannya, namun Samantha masih berusaha menjamahnya. "Udah 3 hari gue diemin lo, dan ternyata lo sekangen ini sama gue," ucapnya dengan kepercayaan tinggi.

Samantha terdiam, beralih melirik tangannya yang menggenggam tangan Sadewa. Refleks, ia melepaskan cekalan itu dan mundur satu langkah. "Dewa, tolong balikkin buku gue," pintanya. Samantha mengedarkan pandangan ke sekitar, dan lagi-lagi ia menjadi tontonan gratis melodrama bagi teman sekelasnya. "Gue males berurusan sama lo, so please ... balikkin."

Ekspresi Sadewa yang semula bahagia melihat kekesalan Samantha, kini lenyap. Rajendra pun berusaha mencairkan suasana yang mulai mencekam. "Men, ikhlasin aja buku lo!" ujarnya dengan gaya slengean.

Samantha berbalik menatap sebal ke arah Rajendra yang duduk di mejanya. "Ikhlasin pala lo! Itu masa depan gue!" ucapnya dengan nada meninggi.

Kontan, terdengar tawa kecil keluar dari mulut Sadewa. Cowok beralis tebal dengan sorot mata elang itu maju satu langkah, menyentuh dagu Samantha dan menatap manik hitam yang selalu membuat jantungnya berdebar. "Masa depan lo kan ... gue."

Samantha menatap Sadewa dengan jengah. "Whatever you say, lah! Please, gue capek. Gue gak mau lo gangguin terus!" ujarnya seraya menghempaskan tangan Sadewa dengan kasar dan menjauhi cowok gila itu.

Romeo dan Rajendra tertawa geli melihat Sadewa mendapat penolakan secara terang-terangan dari Samantha, untuk kesekian kalinya. Namun, cowok berandal itu memilih bersikap tenang, dan kembali bersandar di dinding, di tempat semula. "Hati lo terbuat dari apa sih, Sam? Kenapa lo sesusah itu buat nerima cinta gue?"

Samantha tersenyum sinis, lantas menyibakkan rambutnya dan bersedekap menatap Sadewa dengan sorot menantan. "Gue pikir lo akan selamanya ngejauh dari gue dan gak ganggu gue lagi. Padahal gue udah seneng banget, selama tiga hari ini hidup gue tenang tanpa ada masalah yang datang dari lo."

Sadewa terdiam, rahangnya mengeras. Harga dirinya serasa terkubur di kedalaman ratusan meter. Hancur sudah image-nya sebagai the most charming and popular boy in highschool. Saat semua perempuan tergila-gila padanya, Samantha justru menolaknya mentah-mentah.

"Jadi, itu mau lo?" Sadewa berucap dengan suara berat, dan sukses mengundang prihatin bagi yang mendengarnya. "Apa selama ini usaha gue deketin lo itu gak ada nilainya di mata lo?" Samantha tak menanggapi, hanya helaan napas berat keluar dari mulutnya.

Sadewa ingin mengutarakan perasaannya kepada gadis yang selama ini abai terhadapnya. Setidaknya, untuk terakhir kali ia akan bicara dengan lantang, mempertaruhkan harga diri di depan banyak pasang mata. Ia menghapus jarak, manik abunya menatap manik hitam Samantha dengan sayu. "Gue gak nyangka, ternyata lo sejahat ini. Lo biarin gue terus berharap tanpa memberi jawab ...," jedanya, sedetik kemudian ia tersenyum getir. "Ah, gue lupa. Barusan, lo nolak gue, kan?"

♣️♣️♣️

Published:
27 November 2020

Love,

Max

The Redflag Boy; SADEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang