19. Troublemaker

4.6K 315 139
                                    

Vote & Comment, please.

♣️♣️♣️

Agenda siap dimulai, kini Diana kembali memberikan sambutan dan sedikit permintaan maaf atas keterlambatan tersebut. “Baiklah, saya akan mengabsen lebih dulu para peserta lomba cerdas cermat hari ini. Silakan ditekan bel di meja masing-masing!” Tepuk tangan bergemuruh dari audiens ketika masing-masing peserta menekan bel sesuai instruksi Diana.

Namun, ketika Diana hendak membacakan soal pertama, suara bantingan keras terdengar dari arah luar dan sukses menyita seluruh perhatian. Kontan, para audiensi berbondong-bondong meninggalkan tempat untuk menyaksikan apa yang sedang terjadi.

Suara itu ternyata berasal dari seorang murid yang dikeroyok tiga orang murid lainnya dengan brutal. Ketiganya dapat diketahui bukan berasal dari SMA Gita Bahari, karena menggunakan seragam yang berbeda. Kini, suasana menjadi sesak, mereka bergerombol untuk melihat dan mengabadikan pertengkaran itu, yang nantinya akan di upload di media sosial.

Tendangan dilayangkan seorang cowok berambut cepak, yang menjatuhkan murid SMA Gita Bahari yang sudah babak belur. Disusul temannya yang lain, bringas menginjak pungung dengan sepatu bergerigi. Belum selesai menginjak, satu di antara mereka menarik rambut cowok yang berusaha menutupi wajah dengan tangannya, memaksanya bangkit, pukulan dilayangkan silih berganti.

“BERHENTI!” teriakan Pak Broto memecah keramaian. Tiga murid yang sejak tadi sibuk mengeroyok, kini kabur melewati gerbang depan tanpa sempat dicegat oleh yang lain. Sayangnya Pak Broto tidak sempat melihat wajah mereka.

Cowok yang bersimbah darah itu berusaha bangkit meskipun sekujur tubuhnya terasa sakit. Tangannya memegangi perutnya yang nyeri. Ia mengedarkan pandangan ke penjuru, dan mendapati banyak pasang mata yang kini menatapnya dengan sorot ingin tahu.

“Sadewa! Apa-apan kamu ini! Kamu sudah mencoreng nama sekolah kita!” bentak Pak Darto dengan suara menggelegar. Ia diberi titah oleh Pak Darto untuk mengurusi hal ini, sementara pria tua itu langsung menggiring para tamunya untuk masuk ke ruang kepala sekolah. Hendak menjelaskan mengenai kejadian yang tidak mengenakkan dan menghancurkan image SMA Gita Bahari.

“Bapak gak tau lagi hukuman apa yang bisa membuatmu jera!” Pak Broto terus saja menghakimi, tanpa mempedulikan keadaan Sadewa yang terlihat memprihatinkan. Cowok itu tak berkutik, tatapan nanarnya berpendar pada kerumunan. Ia tak tahu harus berbuat apa, satu hal yang pasti; tamat riwatnya.

“Sekarang, kamu ikut Bapak!” Pak Broto menarik tangan Sadewa dengan kasar, sementara murid bandelnya itu tampak pasrah pada keadaan. Sekilas, ia melihat iris hitam yang menatapnya di balik kerumunan. Tatapan penuh rasa kasihan dan kepedulian. Tak sepatah kata pun keluar dari mulut gadis itu, namun perasaannya dapat tergambarkan dari matanya yang berkaca-kaca. Tiba-tiba seseorang datang dari kejauhan dan dengan santainya merangkul gadis itu dengan erat.


Sakit. Pemandangan pilu yang menyayat hati mengalahkan rasa sakit dari luka di sekujur tubuh Sadewa. Ia menatap tajam manik cokelat milik Daffa, rasa kesal semakin menyelimuti hatinya. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat, lalu bergumam, “beraninya lo sentuh cewek gue!”

♣️♣️♣️

Published:
1 Desember 2020

Love,

Max

The Redflag Boy; SADEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang