3 - Broken Pieces

18.8K 1.9K 83
                                    

"Cause we fit together like, two pieces of a broken heart."

***

Julia masih tidak melepaskan tatapannya dari Laura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Julia masih tidak melepaskan tatapannya dari Laura. Tatapan itu adalah campuran dari rasa tidak suka, jijik, dan merendahkan, semua tertuju padanya yang saat ini masih berdiri di ambang pintu. Laura hanya bisa menunduk dengan bantal Keanu yang ada di tangannya.

"Kenapa kau diam? Cepat masuk, berengsek!" Keanu membentaknya lagi.

Laura melangkah masuk dengan takut-takut. Ia sudah biasa dibentak Keanu tetapi memalukan rasanya menjadi orang tak berdaya di hadapan orang lain. Apalagi di hadapan Julia.

"Kalian berdua pulanglah. Si sampah yang bertanggung jawab atas alergiku ini sudah datang."

Julia tersenyum miring, "Sudah ku bilang bukan, jangan bersikap terlalu baik padanya. Yang ada dialah yang akan menyusahkanmu. Dasar tidak tahu diri."

Laura tetap diam di tempatnya, menerima saja ucapan menyakitkan baik dari Julia maupun Keanu.

"Baiklah, sampaikan salamku pada Alex dan Sean."

Julia memeluk Keanu terlebih dahulu. Ia menatap Laura dari atas sampai bawah sebelum melewatinya dengan menabrakkan pundaknya. Sementara Rain, lelaki itu hanya menatapnya datar, lalu melewatinya begitu saja ke luar kamar.

Tinggallah mereka berdua di ruangan ini. Suasana hening ini justru terasa lebih mencekam bagi Laura. Siapa yang tahu Keanu bisa melakukan apa saja? Apalagi perasaannya sedang buruk dan itu semua ia salahkan kepada Laura.

Laura tidak berani mengangkat kepalanya, tetapi ia dapat merasakan tatapan membunuh Keanu sedang terarah kepadanya.

"I'm allergic to seafood. Thanks to you for making me like this."

"Kau tidak mengatakannya padaku."

"Ya, lalu?"

"Kaulah yang berubah pikiran."

"Itu tidak merubah fakta bahwa kau mengajakku ke kedai seafood."

"Itu tidak adil.."

"And you should've said sorry."

"Tetap saja itu—" Sekali lagi, Laura memilih untuk meredamnya dibanding berdebat dengan adonis keras kepala seperti Keanu, "—maaf.."

Keanu tiba-tiba saja melempar apel yang sudah digigit ke arahnya, "Apel itu sudah kuning, airku juga sudah kosong. Bawakan lagi yang baru."

"Di mana aku bisa mengambilnya lagi?"

"Cih." Keanu memutar kedua matanya, "Apa aku terlihat seperti orang yang minum air toilet dari kamar mandi? Tentu saja di dapur!"

Laura menghela napas pelan. Bantal yang tadi dilempar Keanu, ia taruh di bangku terdekat, lalu turun menuju dapur.

Laura sempat kebingungan mencari letak dapur karena rumah ini begitu besar. Ia kira hanya ruang-ruang utama seperti kamar dan ruang keluarga saja yang besar, rupanya dapur dan ruang makannya pun sangat luas sampai Laura berpikir Keanu bisa menggelar upacara kelulusan di rumahnya. Berbanding terbalik dengan apartemen sempitnya yang ia rasa hanya seukuran kamar mandi di sini.

The Law of KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang