46 - Pride Aside

8.1K 911 86
                                    

Sebenarnya ini adalah tempat terakhir yang Keanu ingin kunjungi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya ini adalah tempat terakhir yang Keanu ingin kunjungi. Namun ia rasa tak ada tempat lain yang lebih tepat untuk ia datangi dalam keadaan seperti ini.

Keanu menaruh bunga yang ia bawa di atas nisan ayahnya. Ini pertama kalinya ia datang ke makam ayahnya setelah sekian lama. Miris sekali jika mengingat ia datang ke upacara pemakaman ayahnya sendiri dengan dikawal oleh petugas tahanan dan polisi. Di upacara pemakaman ayahnya jugalah, ibunya memaki-maki dirinya di depan banyak orang atas dasar kekecewaan.

"How have you been, Dad?"

Keanu memaksakan senyum tipis meski hatinya terasa berat.

"I'm not doing really fine here. But I'm always trying to," ujarnya.

Senyuman yang kontras dengan suasana hatinya itu masih menghiasi wajahnya.

"Dad, you have a grandson." Keanu berujar. "Namanya Nicholas. Dia anak yang tampan, pintar, dan sangat senang jika aku mengelus perutnya. Dari dulu kau sangat suka anak laki-laki, bukan?"

Dari dulu, Keanu tahu ayahnya menyukai anak laki-laki. Ibunya pernah bercerita padanya, ketika mereka tahu bahwa anak yang ada di dalam perutnya berjenis kelamin laki-laki, ayahnya langsung menyiapkan segala kebutuhan bayi seorang diri. Mulai dari kamar, pakaian, sampai mainan anak laki-laki.

"Sayang sekali, ia tak menyandang nama keluarga Ford." Keanu tersenyum pahit. "Dia anakku, tapi kenapa aku merasa tak bisa memilikinya? Kenapa ibunya lebih bahagia saat Rain yang memberikan Nico kasih sayang? Dia anakku, Dad, apa aku tak bisa memilikinya?"

Keanu tertunduk dengan wajah muram sambil sesekali mengusap air matanya.

Being alone is exhausting.

Ia tak memiliki siapapun untuk membicarakan masalahnya. Jika Mr.Ford masih ada di sini, setidaknya ia bisa meminta saran dan pendapatnya. Tapi rupanya, ia harus menghadapi kenyataan pahit ini sendirian.

"I'm sorry," ucapnya dengan suara bergetar. "Aku sudah menjadi anak yang mengecewakan."

Keanu tahu ia pasti sudah banyak mengecewakan kedua orang tuanya, terutama ayahnya. Hell, bahkan ia kehilangan ayahnya karena kesalahan yang ia perbuat. Jika saja Keanu tak melakukan hal bodoh, apakah ayahnya masih akan berada di sampingnya saat ini?

Banyak sekali dosa-dosa yang telah ia perbuat. Mungkin tak akan cukup jika dihitung dengan jari. Keanu berusaha menerima setiap pembalasan yang ia dapatkan, sesakit apapun itu. Mungkin saja, kehidupannya saat ini adalah salah satu bentuk balasan yang ia dapatkan atas dosa-dosanya terdahulu.

Keanu mengusap kedua matanya kasar kala ponselnya berdering. Ia merogoh sakunya dan menerima panggilan masuk tersebut.

"Halo, Theo? Baiklah, sebentar lagi aku akan kembali ke kantor. Apa? Menangis? Tidak. Aku sedang tidak enak badan."

The Law of KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang