"Rain!"
Laura berseru untuk yang kesekian kalinya. Ia sudah memanggil lelaki itu sedari tadi tapi yang bersangkutan tak juga datang. Di sampingnya, Nico sedang rewel padahal Laura sudah menyusuinya agar tertidur.
"Ada apa, Laura?" Rain akhirnya merespons. Ia memunculkan setengah badannya pada ambang pintu. "Aku sedang mengambil surat di kotak pesan tadi."
"Nico terus menangis. Ia tak mau tidur jika bukan dengan daddy." Laura berkata putus asa. Ia mengusap air mata yang membasahi pipi Nico. "Apa Nico tidak menyukaiku? Aku ini ibunya."
Rain terkekeh. Ia masuk ke kamar Laura dan segera menggendong bayi itu. "Rupanya kau ini anak daddy sekali, ya?" Lalu mencium hidungnya gemas.
"Ponselku mati, Rain."
"Hm, sebentar." Rain mengeluarkan ponselnya dan kembali membaringkan Nico. Setelah beberapa saat, ia lalu menunjukkan layar ponselnya ke hadapan Nico. "Nah, ini dia! Lihat siapa ini?"
Tangis Nico berangsur mereda dan berubah menjadi seringai. Ia tertawa senang dan hendak meraih ponsel Rain yang menampilkan foto Keanu.
"Lihat, daddy di sini, jadi kau harus segera tidur, ya?"
Nico selalu rewel dan tak mau tidur tanpa foto Keanu. Laura memiliki fotonya saat mereka berlibur di Sydney, hanya dengan cara itu Nico bisa luluh dan menurut. Bahkan saat ini, ia mengenali wajah ayahnya meski Rain hanya memiliki foto lama dari lelaki itu.
"Benar-benar. Apa kandungan DNA lelaki itu sampai anaknya bisa sangat terikat padanya seperti ini?" Rain bergumam pelan.
"Rain, apakah tagihan listrik sudah datang?"
"Ya, tadi aku sedang melihat-lihat di tumpukan surat saat kau memanggil. Kau bisa mengeceknya di meja ruang tengah."
Laura beranjak dari tempat tidur untuk mengecek, membiarkan Rain menemani Nico sampai terlelap.
"Ah, iya. Apa kau besok mau ikut denganku ke bandara menjemput Dad?"
"Boleh." Laura mengangguk, lalu berlenggang keluar dari kamar.
Ia mencari tumpukan surat yang Rain letakkan di atas meja. Surat-surat itu tergeletak berantakan di sana. Mungkin karena Laura sudah lebih dulu memanggil Rain.
Laura mendudukkan dirinya di sofa. Ia mengambil surat-surat tersebut dan memisahkan satu surat dengan yang lainnya, terutama surat tagihan listrik yang ia maksud.
Hingga salah satu surat itu menarik perhatiannya.
Dahinya mengernyit melihat amplop putih tersebut. Ia dapat melihat nama tujuan dari surat itu adalah dirinya beserta alamat rumah Rain yang tertera lengkap. Surat ini tampak tak asing baginya. Terakhir kali ia menerima sebuah surat formal seperti ini adalah beberapa tahun lalu saat ia diterima oleh kampus lamanya. Laura tak merasa dirinya mendaftar kampus manapun.
Pandangan Laura berpindah ke logo beserta alamat yang tertera di surat tersebut.
The University of Sydney
Camperdown NSW 2006
Sydney, Australia.'Dear, Laura,
Congratulations! You have been admitted to The University of Sydney as a student for the fall semester 2020. On behalf of the faculty and staff, we want you to know how pleased we are that you have chosen to become part of The University of Sydney community.'
***
Masih ada bonus chapter, semoga tidak lama:)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Law of Karma
Storie d'amoreMereka memiliki sebuah tradisi konyol. Jika di antara mereka ada yang berulang tahun, maka orang tersebut harus menjalani sebuah tantangan sebelum mendapatkan hadiah. Tantangan ini dapat melibatkan keperawanan seseorang atau bahkan pengedar narkotik...