14 - Two-Faced

10.6K 1K 143
                                    

I'm open to both positive and negative feedbacks.

This chapter is MATURE. You might hate this tho. Perhatian: chapter ini sudah mengalami revisi tanpa unpublish :)

***

"Jadi apa rencanamu setelah lulus?" tanya Rain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jadi apa rencanamu setelah lulus?" tanya Rain.

Laura menyipitkan matanya ke atas seraya memutar-mutar sedotan di minumannya, "Hmm, melamar pekerjaan, tentu saja."

Setelah berjalan-jalan sebentar, saat ini ia dan Rain sedang berada di lantai paling atas sebuah restoran agar dapat dengan mudah melihat kembang api. Meskipun awalnya Laura menolak dan mengatakan ia tidak punya uang, Rain sudah lebih dulu menarik tangannya dengan alasan ia yang akan membayar.

"Apa kau tidak tertarik untuk sekolah lagi?"

Laura tertawa, "Jika aku memiliki kesempatan untuk mendapatkan beasiswa, kenapa tidak? Sudah 12 tahun lebih aku menghamburkan uang untuk menimba ilmu, jadi sekarang akan ku pakai saja ilmu ini untuk mendapatkan uangku kembali."

"Apa?" Rain ikut tertawa mendengarnya, "Logika macam apa itu?"

"Itu benar, bukan? Kita membayar sekolah demi mendapatkan pekerjaan, setelah bekerja, kita mendapatkan uang kita kembali yang sudah dihabiskan untuk sekolah."

Rain tersenyum menggoda, "Jadi dalam menuntut ilmu, tujuanmu hanya untuk mendapatkan uang?"

"Bukan hanya untuk mendapatkan uang, aku ingin memiliki kehidupan yang lebih baik juga. Tapi kau tahu, hidup selalu berputar-putar pada uang dan uang."

"Kata siapa?" Rain menggeleng, "Kata siapa hidup hanya berputar pada uang?"

"My experience says so."

"Well, teman-temanku kaya raya, tetapi mereka sepertinya tidak begitu bahagia."

Laura mencibir, "Aku teringat sebuah quote serial televisi, siapapun yang berpikir uang tidak dapat membeli kebahagiaan, tidak tahu di mana tempat berbelanja."

"Yah," Rain mengedikkan bahu, "Jika kau berpikir lelaki seperti Keanu senang berbelanja, then you must be insane."

Senyum Laura memudar setelah mendengar nama Keanu disebut, "O-oh.. iya, kau benar.." Laura menyesap minumannya lagi dan berhenti bicara.

Entah kenapa mendengar nama lelaki itu membuatnya canggung. Mungkin Laura terlalu takut jika Rain tahu ia dan Keanu sudah pernah... bersetubuh. Bahkan saat ini ia masih berharap cemas Rain tidak mengetahui bahwa apa yang ia buang tadi adalah kondom.

Rain menyunggingkan senyum samar menyadari perubahan suara gadis itu yang memelan dan gerak-geriknya yang menjadi kaku. Ia berdeham, "Jadi apakah dia masih menyebalkan? Dia membantumu mengerjakan tugas, bukan?"

The Law of KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang