"Aku bersyukur karena kesempatan lah yang mempersempit jarak di antara kita berdua."
***
Pemandangan orang-orang yang berjalan kaki di jalanan, disambut hangatnya sinar matahari sore yang berpancar bersamaan dengan aroma angin dari pepohonan menjadikan suasana hati siapapun yang melihatnya bertambah riang. Berkebalikan dengan apa yang dideskripsikan, kerusuhan justru datang dari dalam rumah yang berisi gadis-gadis muda mayoritas mahasiswa. Kekacauan ini acap kali terjadi. Dapat dibayangkan, zaman sekarang ini biaya segalanya serba melambung tinggi tak terkecuali biaya untuk kos dan kebutuhan perkuliahan lainnya.Gadis yang sedang mencepol rambutnya itu tengah resah. Sore itu ia ada janji. Setelah menyicil tugasnya, ia ingin mandi. Namun, aktivitas itu harus terhambat sebab air kos mati. Hasilnya, para gadis penghuni kos itu merutuki nasib sial mereka dan berbincang-bicang dengan menyelipkan beberapa umpatan. Mereka tengah berkumpul di ruang tamu.
“Ya ampun! Kok airnya mati lagi sih?! Bukannya kita semua udah bayar? Siapa yang belum bayar nih?! Ayo, dong! Jangan egois! Kasihan yang lainnya, mana gue mau kencan lagi! Kalo pacar gue tau, gue nggak mandi, bisa diputusin tau!”
Keluh salah seorang gadis yang paling tempramen di antara yang lain. Di sofa telah duduk kurang lebih tujuh orang perempuan, termasuk Sohyun yang sedikit pendiam.
“Tenang, Momo.. Kita sabar dulu. Lagipula, kejadian ini juga bukan hal yang baru. Maklum, kos kita ini kan paling murah, ya wajar kalo air ataupun listrik sering mati.”
Ujar gadis paling tua, gadis yang bertanggung jawab terhadap anak kos lainnya, paling bijak dan pemikir yang baik. Ia selalu menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, apapun yang dikatakannya sukses membawa ketenangan. Itulah magic dari seorang Lee Jieun.
“Bener kata Kak Jieun. Sabar aja dulu, atau nggak lo numpang mandi di kos temen lo. Udah bagus kita dapet kos murah, iya nggak?”
“Terserah kalian deh! Ya udah, gue mau numpang mandi dulu!”
Percakapan itu pun membubarkan para gadis satu per satu.
***
Sohyun rapi mengenakan pakaian berwarna kuning cerah dengan bawahan celana jeans dan jaket hijau lumutnya. Ia mengepang satu rambutnya, memakai bandana ya g senada dengan warna bajunya, dan memberikan sedikit lip tint di kedua belah bibir mungilnya. Sohyun sedang duduk di halaman perpustakaan pusat yang berada tak jauh dari taman kota. ia menunggu seseorang yang mengajaknya janjian. Ingin rasanya Sohyun menggigit kuku jarinya, ia gugup sekali. Ini adalah pertama kalinya Sohyun bertemu laki-laki selain Hanbin, sahabatnya.“Kenapa deg-degan ya?”
“Aduh.. aku gugup.”
Sohyun menoleh ke kanan, kiri dan belakang, tetapi orang yang ditunggu tak kunjung datang. Ia menghembuskan nafasnya dengan menggembungkan kedua pipi, itu adalah kebiasaan jika Sohyun sudah merasa bosan.
“Maaf, aku terlambat!”
Akhirnya, laki-laki itu datang. Sepertinya ia kelelahan, terlihat dari kucuran peluh yang meluncur bebas dari kedua kening lelaki itu. Sayangnya, senyum si laki—laki tersebut menyembunyikan kepenatannya.
“Ah, nggak papa Kak.”
“Tadi aku masih ada rapat dengan anggota BEM lain, sekarang free. Jadi, gimana? Kamu serius mau ikut lomba debat itu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are The Reason ✔
FanfictionTaehyung adalah seorang dosen muda berbakat yang dingin pada setiap wanita. Kehilangan "seorang wanita yang paling berarti dalam hidupnya" membuatnya 100% berubah. Namun, suatu hari saat ia berpindah ke tempat kerjanya yang baru, seorang mahasiswi c...