"Kemarin kan saya sudah bilang, biar saya antar pulang." Ucap Taehyung ketus, lelaki itu sepertinya mengetahui permasalahan yang Sohyun sedang hadapi.
Sohyun sampai tercengang mendengar ungkapan kalimat Taehyung barusan.
"Memangnya Bapak tahu?"
"Apa yang saya nggak tahu?"
Sohyun mengerucutkan bibirnya, membuat Taehyung gemas. Namun, lelaki itu berhasil mempertahankan wajah dinginnya. Menjaga image-nya kuat-kuat.
Mereka sedang berada di luar kampus. Sohyun tidak tahu, alasan apa yang membawanya bersama Taehyung. Tiba-tiba saja dosen itu menarik lengannya, tanpa argumen yang jelas. Setidaknya, Sohyun bersyukur atas insiden tidak mengenakkan itu. Sebab, secara tidak spontan, Taehyung membebaskan Sohyun dari peristiwa yang kemungkinan bisa terjadi—bertemu dengan Hanbin.
"Itu... wajah Bapak kenapa memar?"
Tanya Sohyun penasaran. Ada sedikit rasa takut saat ia hendak menanyakan perihal itu, namun ia buang jauh-jauh. Kekhawatirannya serta rasa ingin tahunya begitu besar, mengalahkan ketakutan yang hampir menguasai seluruh tubuhnya.
"Menurutmu?" Jawaban Taehyung yang terdengar menuntut Sohyun untuk menebak, membuat gadis itu bertambah penasaran. Tidak mungkin kan, apa yang ia pikirkan benar-benar kejadian? Bahwa luka memar di wajah Taehyung berkaitan erat dengan Kak Hanbin-nya?
"Benar."
Sohyun membelalak. Heol. Apa baru saja Taehyung membaca pikirannya? Apa Taehyung menjawab kegelisahan hatinya?
"Benar, apanya Pak?"
"Apa yang kamu pikirkan, itu benar."
"Mak..sudnya.. Bapak dan Kak Hanbin berantem?"
"Ck. Anak brengsek itu.."
"Bapak nggak boleh ngomong gitu! Kak Hanbin sebenernya cowok yang baik, kok."
Ujar Sohyun ngeyel.
"Kalau dia orang baik, dia tidak akan pernah melukai perasaan kamu. Apalagi kalian berteman sejak kecil. Dan parahnya.. kau suka pada si brengsek itu kan?"
Sohyun sungguh tak percaya, Taehyung mengetahui segalanya tentang dia. Ada apa dengan dosen itu? Haruskah dosen sejeli ini terhadap masa lalu dan kehidupan sehari-hari mahasiswanya? Bukankah ini berlebihan, jika seorang dosen sampai mengetahui privasi mahasiswanya?
Alih-alih mengklarifikasi kevalidan pertanyaan Taehyung, Sohyun justru menundukkan kepala. Malu. Ah, benar. Hanbin itu brengsek, tetapi Sohyun terlalu baik untuk mengumpati sahabatnya sendiri. Apalagi, ia menyukai Hanbin sudah sejak lama. Sayang, meskipun Hanbin berbuat buruk padanya, hatinya tetap menolak untuk mengujar kebencian.
Sohyun, kau terlalu lugu dan baik hati.
Taehyung mengangkat sebelah alisnya. Mendengar suara tangisan Sohyun yang tertahan, lelaki itu segera mengangkat dagu gadis tersebut. Ia sibakkan anak rambut yang menghalangi pemandangan wajah Sohyun yang tragis.
"Ish.. kau menangis? Gara-gara anak itu?" Ledek Taehyung.
"Lupakan dia. Dia hanya akan menyakiti hatimu."
"Bapak.. tau apa?"
Akhirnya Sohyun merespon, dengan suara terbata-bata dan air mata yang terus terurai membasahi pipinya. Hidungnya bertambah merah, persis seperti tangisan anak kecil umur lima tahunan.
Mengapa Taehyung merasa geli melihatnya?
"Saya.. tau apa?" Jawab Taehyung, menunjukkan bahwa dirinya tidak paham akan orientasi pertanyaan Sohyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are The Reason ✔
FanfictionTaehyung adalah seorang dosen muda berbakat yang dingin pada setiap wanita. Kehilangan "seorang wanita yang paling berarti dalam hidupnya" membuatnya 100% berubah. Namun, suatu hari saat ia berpindah ke tempat kerjanya yang baru, seorang mahasiswi c...