19

1.5K 216 12
                                    

Sohyun POV

"Halo, Tante?"

"Halo, Sohyun. Bagaimana kabarmu?"

"Baik... Cukup baik."

Setidaknya, tiada masalah yang membebaniku untuk saat ini.

"Tante, tumben nelpon aku. Ada berita apa?"

Ya, beliau tanteku. Adik dari ibu yang kini tinggal di Seongnam. Kami memang jarang saling menghubungi, maka tak heran kalau aku sedikit terkejut menerima teleponnya hari ini.

"Kemarin Tante sempat ke rumah ibumu. Dia bilang, dia merindukanmu. Dia khawatir karena kalian jarang berkomunikasi. Karena itu, ibumu menitipkan pesan ke Tante. Katanya, besok lusa kakakku itu akan berkunjung ke Seoul menemuimu."

"Benarkah?"

Senang? Iya. Aku sangat senang mendengar ibu akan berkunjung kemari. Namun, sejenak kemudian perasaan khawatir menderaku. Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada ibu selama di perjalanan? Bayangan buruk pun tidak bisa kuhindari.

Bagiku, ibu orang yang sangat penting. Aku tidak mau terjadi apapun padanya, kalau pun memang kejadian, aku tidak yakin apa aku masih sanggup untuk hidup dan bertahan.

"Sendirian?" Tanyaku pada tante kemudian.

Tanpa bertanya pun aku tau jawabannya.

"Iya. Kau tau sendiri bagaimana ayahmu kan?"

"Kenapa Nenek membiarkan Ibu pergi sendiri?"

"Nenekmu itu sudah berusaha melarang. Tapi mau gimana lagi? Orang Ibumu yang ngotot mau pergi. Akhirnya mau tidak mau, Nenekmu mengizinkannya."

Aku menghela napas. Kenapa sih ayah tega mencampakkan ibuku seperti itu?

Aku sama sekali tidak tau kemana pikirannya pergi, kenyataan ini terlalu menyakitkan untuk kupendam dalam-dalam.

"Oh ya Sohyun,"

"Ibumu juga berpesan sama Tante, nanti ketika kau menjemputnya di terminal, bawa Hanbin sekalian. Dia merindukan teman kecilmu itu. Haha.. entahlah. Tante pikir, Ibumu punya cita-cita menjodohkan kalian berdua."

Deg. Jantungku seperti mau berhenti berdetak. Mendengar nama Kak Hanbin disebut, lidahku tiba-tiba kaku.

Bagaimana caraku menjelaskan pada tante maupun ibu bahwa saat ini hubunganku dengan Kak Hanbin sedang tidak baik?

Ah tidak. Aku tak ingin mengecewakan ibu. Ibu berharap banyak supaya bisa bertemu dengan Kak Hanbin. Mengingat bagaimana terakhir kali perpisahan kami, ibu meminta Kak Hanbin untuk menjagaku. Aku dititipkan padanya. Jika tau aku dan Kak Hanbin sedang berselisih, ibu pasti sangat ketar-ketir.

Dan aku tak mau itu terjadi. Mungkin lebih baik aku mencoba berbaikan dengan Kak Hanbin. Ibu lah alasanku satu-satunya.

Huhh...

.

.


.

.

Aku sedang berdiri lemas di depan ruang kelasnya. Karena terbiasa bersama, aku hafal betul tiap jadwal perkuliahannya. Bahkan di ruangan mana pun aku mengetahuinya.

Parah.. ternyata sebegitunya aku terjatuh pada pesona Kak Hanbin. Ya, aku akui itu. Tapi untuk saat ini, membicarakan hal itu rasanya terdengar menggelikan. Apalagi, aku tau banget betapa sakitnya hati kecilku dengan terhadap perbuatan Kak Hanbin yang pernah lalu.

Astaga, dia keluar.

Dan bersama teman-temannya.

Apa yang harus kulakukan?

You Are The Reason ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang