Masih dengan kaos hitam polos dan celana selutut berwarna kecokelatan, Taehyung berlarian di jalanan sekitar apartemen seperti orang gila. Ia menjadi kacau karena Sohyun yang tiba-tiba menghilang. Lagian, ke mana anak gadis pergi di jam selarut itu?Matanya berkaca-kaca, muncul rasa khawatir yang begitu dahsyat. Dadanya bergemuruh, kepalanya pusing mempertanyakan mengapa Sohyun meninggalkan rumah tidak bilang-bilang?
Apakah Sohyun marah karena Taehyung tidak mengakui hubungan mereka di hadapan istri pertamanya—yang pastinya palsu?
Sial.
Sebelah tangan Taehyung berkacak pinggang, sementara yang lain merogoh saku celana. Ia mengambil benda persegi itu dan menelepon ke nomor seseorang. Nyatanya, nihil. Tak diangkat. Padahal sudah ia ulangi cara itu berkali-kali, tapi tidak ampuh juga. Handphone Sohyun tidak aktif.
"Sohyun ... di mana kau?"
Lelaki itu pun melanjutkan pencariannya, ia mengambil mobilnya dari basement, mengabaikan Tzuyu yang ternyata menyusulnya di keluar. Gadis itu meneriaki Taehyung untuk kembali ke apartemen, karena hari benar-benar bertambah gelap. Sayangnya, Taehyung tidak peduli. Selama Sohyun belum ditemukan, hatinya tidak akan pernah tenang.
Taehyung melajukan mobilnya, meninggalkan Tzuyu seorang diri. Hingga, ia sampai di daerah sekitar kos Sohyun. Jika tidak ada di apartemennya, mungkin gadis itu mengunjungi tempat singgah yang selama ini menaunginya di Seoul. Sohyun bisa jadi ada di sana.
"Sudah, jangan menangis. Laki-laki sepertinya tidak pantas kau tangisi."
"Jujur, aku nggak tau kenapa jadi cengeng begini, Kak."
Tak sengaja, telinga Taehyung mendengar samar-samar percakapan dua orang yang sedang duduk di depan teras. Posisi keduanya yang terlihat mesra, membakar amarah dosen tampan itu. Tangannya mengepal sampai merah, matanya menyala berapi-api.
"Jadi ... begini pembalasanmu, Sohyun?"
Gadis itu tersentak saat menyadari sosok tinggi dosennya tepat di berdiri di hadapannya. Ia pun membenarkan posisi kepalanya yang tadi menyandar di pundak Hanbin. Ia menolehkan wajahnya ke samping, berniat menghapus air mata.
"Ngapain Bapak ke sini? Bukankah seharusnya Bapak bersama istri–"
"Kau itu juga istriku! Kemarilah! Ayo, kita pulang!"
Tanpa sabar, Taehyung mendekati gadisnya lalu menarik lengannya kuat sampai-sampai Sohyun hampir jatuh tersungkur. Sohyun sendiri memberikan reaksi penolakan. Tangannya yang bebas berusaha mendorong dada lelaki itu agar ia menjauh.
"Nggak mau!"
"Apa-apaan kau Sohyun? Ayo, pulang! Ini sudah malam!"
"Aku bukan istrimu!"
Kalimat terakhir Sohyun membuat Taehyung berhenti membentak. Kedua tangan lelaki itu menangkup pipi gadis kecilnya, seraya bertanya, "Apa maksudmu? Kau tetap istriku meskipun dia sudah kembali."
"Bukan itu maksudku, Pak. Saya berbicara serius."
"Berhenti bersikap formal, aku suamimu. Kau istriku! Selamanya akan begitu!" bantah Taehyung masih dengan ketidakpercayaannya, "sebaiknya kita pulang, oke? Jangan sampai aku menyakitimu karena emosiku sangat susah dibendung."
Sohyun menyerah. Hampir saja ia keceplosan. Ia ingat, bahwa identitas Tzuyu belum boleh terbongkar sampai Jungkook datang. Artinya, belum saatnya juga bagi Taehyung untuk mengetahui siapa gadis yang telah ia nikahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are The Reason ✔
FanfictionTaehyung adalah seorang dosen muda berbakat yang dingin pada setiap wanita. Kehilangan "seorang wanita yang paling berarti dalam hidupnya" membuatnya 100% berubah. Namun, suatu hari saat ia berpindah ke tempat kerjanya yang baru, seorang mahasiswi c...