30 - Rasa Dalam asa

213 11 0
                                    

Percaya adalah titik di mana kita akan menemukan dua fakta. Dia orang baik atau orang munafik.
***


"Katanya tadi udah makan?!!" Ucap Azka pelan.

"Aaahh itu...anu..apa?? ...emm.." Zara menggaruk kepalanya mencari alasan.

"Udah deh Zara! Berhenti ngeles!" Geram Azka.

"Kamu gak suka fried chicken atau gak mau makan apa yang aku bawa??" Tanya pemuda itu lagi dengan menatap tajam gadis itu.

"Emm...lagi pengen makan bakso aja!" Jawab Zara setelah berpikir sesaat, menghindari tatap Reno yang tajam.

"Berhenti ngeles nona Alikaa" Azka semakin geram.

"Iya deh! Bukannya aku gak suka atau apa, tapi itukan buat Acha! Masa aku makan punya teman sendiri! Kecuali dia kasih, baru aku..." jelas Zara.

"Siapa bilang itu buat Acha??" Tanya Azka kesal. "Kamu!" Jawab Zara polos.

"Aku bilang itu buat makan bareng kan?? Lagian aku juga bilang kalo lapar makan aja! Heran aku sama kamu..!" Oceh pemuda itu.

"Sudahlah, berhenti berdebat, ini makan bakso udah jadi!" Sahut penjual sembari menyajikan bakso itu.

"Tu satunya ambil buat kamu aja!" Ucap Zara pelan.

Zara melahap dengan cepat satu mangkok bakso itu tanpa sisa. Azka terheran dengan gadis itu.

"Buk satu lagi ya!" Ucap Zara pada sang penjual.

"Buk ngga usah. Kamu beneran laper ya?? Ni makan punya ku aja!" Ucap Azka tersenyum kecil.

"Gak ah! Aku yang lain aja! Buk..buk.." ucap gadis itu, kemudian mengisyaratkan dengan tangannya untuk satu lagi bakso.

"Keras kepala ya??" Ucap Azka kesal.

"Memang!" Sahut Zara.

Ketika hendak menyajikan, penjual tidak sengaja menumpahkan kuah panas ke atas tangan Azka. Zara terkejut parah dan langsung menolongnya setelah melihat itu. Gadis itu memegang tangan pemuda itu lalu mengambil tisu mengelap tangannya. Ia juga mengambil es dari air minumnya untuk meredakan panas tangan Azka.

Lagi-lagi tanpa sengaja mereka saling menatap. "Aduuh.. mata itu menatapku lagi" Batin Zara. Ia langsung menutup matanya dan mengalihkan pandangannya.

Azka merasa senang dengan perhatian Zara padanya. Yang paling ia tidak percaya akhirnya dia makan berdua dengan gadis itu.

"Yaudah pulang aja yuk! Biar aku bayar dulu!" Ucap Zara panik sembari merogoh kantongnya.

"Aku yang bayar! Ni uangnya buk! Kembaliannya ambil aja buk" ucap pemuda itu.

"Loh aku yang makan! Kok kamu bayar??"

"Kemaren gak mau aku bayarin. Makanan aku bawa gak mau makan! Hari ini terima setidaknya demi luka panas ini!" Tegas pemuda itu.

"Kamu nggak adil! Yaudah pulang..pulang.." desis Zara kesal.

Sesampainya di rumah, ternyata Acha sudah pulang. Melihat Acha yang duduk manis di sofa, Azka mendekati gadis itu dan duduk di sampingnya. Zara merasa kesal ia diabaikan begitu saja oleh Azka, iapun pamit untuk membeli obat.

Tidak butuh waktu lama untuk kembali jatuh dalam rasa yang sama jika menemukan sebuah kesamaan. Azka selalu mengingatkan Zara pada orang yang selalu berharga baginya, Andreano Erland. Itu adalah alasan yang kuat baginya. Untuk rasa yang terpendam itu. Sekuat apapun ia menolaknya, rasa itu tetap tidak mudah dihilangkan.

Selain obat Zara juga belanja beberapa sayur untuk dimasaknya. Setelah di bawa pulang, ia memberikan obat itu pada Acha. Karena gadis itu ingin mengerjakan tugasnya. Sesekali ia melirik Acha yang mengobati pemuda tampan itu.

"Duuh.. aku ngapain sih??? Gak mungkin! Gak mungkin! Sadar Zara! Ayo sadar" Batin Zara sembari menepuk-tepuk pelan pipinya.

"Zara kamu ngapain sih?? Sini dulu makan fried chicken udah aku panasin" panggil Acha.

"Kalian makan aja, aku udah makan banyak tadi!" Sahut gadis manis itu.

"Yakin nih?? Gak nyesel? Kamu kan suka banget ini! Uuh kriuknya matul banget!" Ucap Acha lagi sembari mengunyah.

"Dia suka? Tapi gak makan? Aneh! Padahal jelas tadi dia masih lapar!" Batin pemuda itu kebingungan.

Azka mengambil handphone Acha kemudian menjawab panggilan darinya sendiri. Kemudian berpamitan untuk pergi. Setelah Azka pergi, Zara mendekati makanan itu, ternyata sudah habis.

"Cha kamu habisin??"

"Iya! Kamukan gak mau tadi!"

"Huhu Acha kapan sih? Aku gak mau yang satu ini??"

"Kan gak enak juga ra! Udah capek dia bawain gak dihabisin, kan sayang! Lagian kamu kenapa sih gak makan aja tadi? Atau aa.." tampang Acha mulai mengejek.

"Apaan sih?"

Di sisi lain Azka mendengar ocehan dua gadis itu di handphone nya sambil terkekeh sendiri.
***

Waktu terus berputar dan kehidupan terus berjalan. Bunga-bunga bermekaran di taman, hewan-hewan beterbangan liar di alam semesta. Menikmati indahnya pagi, pembuka dari sang hari.

Acha merasa kesal dengan gadis yang tinggal degannya. Setiap pagi gadis itu hanya menumis sayur. Acha bosan dengan makanan berminyak itu. Pagi itu Acha terus mengoceh, hingga telinga Zara hangus mendengar bibir yang terus bergerak tanpa henti dengan suara memelas itu.

Tiba-tiba suara pintu terbuka mengejutkan dua gadis itu. Ternyata Zani yang pulang dari pekerjaan melelahkan selama hampir dua bulan. Pria itu datang dengan tas besar dan sejumlah oleh-oleh di tangannya. Pria itu langsung masuk mendekati anaknya yang sedang memasak lalu memeluknya.

Achapun ingin ikutan berpelukan bersama pamannya itu. Ia berlari ke arah Zara pula. Tiba saja ia mengadukan Zara yang hanya menumis sayur tiap hari. Karena biasanya jika Zani di rumah, dia yang memasak untuk kedua gadis itu.

"Sayangnya keponakan ayah (Acha biasa memanggil ayah)! Besok ayah masak yang enak deh! Oya ayah bawa seseorang lo!" Ucap Zani pada kedua gadis itu.

"Siapa?" Acha dan Zara sangat penasaran.

Seseorang masuk, bayangannya tampak gagah. Langkah kakinya seperti pernah didengar oleh keduanya.

...

Bersambung

See you again:-)

Uh siapa ya? Siapa ya? Yang dibawa ayah Zani? Akupun penasaran. Update dalam 2 hari ya!

Mudah-mudahan semua senang ya.

Thanks buat yang udah baca :-)

Capricorn Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang