Alex duduk di depan perapian. Dia merasa sangat marah karna Flower tetap dengan sikap keras kepalanya.
Alex sangat benci dengan sikap Flower yang sama sekali tak takut padanya. Seolah-olah bagi Flower, dia tidak berpengaruh sedikit pun, sedangkan orang lain saja akan memilih menghindar saat namanya disebut.
Alex memanggil bik Emma, dan tak lama bi Emma datang.
“Bi, jaga dia. Aku akan ke kota sebentar ...”Alex menatap wanita itu, sambil memakai mantel tebalnya, dan bik Emma hanya mengangguk patuh, "jangan coba-coba melepaskannya, atau kau akan melihat ku menyiksanya di depanmu,” ancam Alex dan bik Emma kembali mengangguk patuh. Alex tidak pernah main-main dengan ucapannya.
Alex pergi dari mansion. Tapi penjagaan di mansion malah di perketat olehnya. Alex tidak mau ambil risiko, karena Flower dan keras kepalanya pasti akan mencoba kabur dari mansion selagi ada kesempatan.
Hari sudah malam. Bi Emma mendatangi kamar Flower dan melihat Flower sudah terlelap. Dia pun kembali dengan kecewa. Dia merasa sangat khawatir. Pasalnya sejak kemarin, Flower masih belum makan apa-apa.
Keesokan harinya masih tetap saja sama. Bi Emma kembali menemukan Flower yang terlelap dan sepertinya tak mau bangun. Lalu, kekhawatirannya memuncak saat malam itu, Flower masih juga belum bangun dari tidurnya. Bi Emma masuk ke kamar Flower, dan nekat membangunkannya.
Bik Emma mengguncang tubuh Flower, tapi Flower sama sekali tak bergerak. Tubuh itu sangat lemas, dengan nafas yang berembus sangat pelan. Bik Emma panik. Akhirnya dia berlari keluar, menghampiri para bodyguard untuk menghubungi tuan Alex dan memberitahu keadaan Flower.
Bik Emma kembali ke kamar itu dengan membawa kompres. Suhu tubuh Flower sangat tinggi, Flower demam. Bik Emma pun mengompres dan mencoba membangunkan Flower. Tapi, nihil. Flower tak bergerak sedikit pun.
Alex yang menerima kabar itu, menutup rapat pentingnya, dan segera kembali ke mansion. Salju turun begitu derasnya, tapi itu tak menghalanginya untuk cepat sampai. Dia kerahkan semua anak buahnya untuk melancarkan akses jalan bersalju dengan alat berat, hingga setelah 3 jam, Alex sampai di Mansion dan segera berlari ke kamar Flower berada.
Bodyguard yang melihat itu di buat tercengang. Tak biasanya tuannya akan se khawatir itu. Ini peristiwa langka.
Alex membuka kamar dengan tergesa, dan terlihat bi Emma sudah menangis terisak di sana. Flower terbaring lemah dengan wajah yang sangat pucat. Alex mengambil beberapa perlengkapan medis yang dia punya. Berkat pamannya yang bekerja di bidang kedokteran, Alex pun mengetahui dan memahami tentang dunia medis.
Alex membuka ikatan tangan Flower, lalu menusukkan jarum infus itu ke kulitnya. Setidaknya Flower akan punya tenaga dengan di infus.
Alex mengusap dahi Flower yang berkeringat. Bibir yang biasanya merona itu, sangat pucat dengan suhu tubuhnya yang panas.
"Bi, sudah sejak kapan dia seperti ini?” tanya Alex pada bi Emma yang masih terisak di sampingnya.
"Sejak Tuan pergi 2 hari yang lalu,” jawab bik Emma dengan terisak.
"Apa?! Jadi, dia tidak makan sedikit pun, dan sudah tak sadarkan diri selama 2 hari?” Alex mengepalkan tangannya, wanita itu benar-benar keras kepala.
“Mulanya saya kira, Nona hanya terlelap. Tapi, setelah saya melihatnya hari ini ... saya baru sadar jika Nona bukan tidur, tapi tak sadarkan diri ... “
Alex mengalihkan tatapannya. Kembali meneliti wajah Flower yang mulai terlihat hidup.
“Bi, ambilkan kompres lagi,” perintahnya dan bi Emma segera turun ke bawah. Alex kembali menyuntikkan obat pada Flower dan dia yakin besok pagi wanita itu akan sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDOLA RANJANG (21+) - Sudah Terbit
Romance⛔Hanya tersedia dalam versi cetak dan Karyakarsa⛔ konten dewasa (21+). " Flower sudah mati! yang berdiri di hadapanmu, wanita bernama Shaylenna yang liar dan panas diranjang... " Rose Flower. Gadis 19 tahun berparas cantik, anggun dan lugu. Bekerja...