Bagian 19 - Tangisan Untuk Alex

34.8K 1K 44
                                    


Flower menatap pemandangan salju dari jendela besar di depannya. Salju masih turun dengan derasnya. Cuaca di luar sana, pasti sangat dingin seperti hari-harinya yang tetap saja dingin, sepi dan hampa. Dia masih terkurung dalam mansion Alex, dan entah kapan dia bisa bebas.

Sudah 10 hari dia sadar dari komanya, dan selama itu juga dia merasa lega. Alex tak pernah lagi menyentuhnya. Alex memilih menyentuh jalang-jalangnya di klub. Pria itu benar-benar menghindar darinya, menepati janji yang dibuatnya.

Kondisi tubuh Flower sudah sangat sehat, bekas luka di lehernya pun sudah hilang, dan dia sudah kembali beraktivitas seperti semula.  Flower sering membantu bik Emma melakukan pekerjaan mansion. Menyapu, memasak bahkan mencuci piring. Dia ingin kembali menikmati kehidupan normalnya seperti dulu. Bukan lagi sebagai tahanan.

Hubungan Bik Emma dan Flower semakin dekat, begitu pun para bodyguard Alex. Mereka lah yang selalu menemani kesepiannya. Dan Alex sama sekali tak melarangnya. Pria itu benar-benar menepati janjinya. Para bodyguard itu bukan hanya menjaga Flower karena perintah Alex, tapi mereka juga menyayanginya.

Saat itu, salju kembali turun walaupun tidak begitu deras. Flower turun ke lantai bawah menuju dapur. Cuaca sangat dingin, dia mengeratkan mantel hangatnya dan berniat ingin membuat coklat panas kesukaanya. Tapi, pandangannya tertuju pada pintu belakang yang terbuka begitu saja. Entah disengaja atau lupa seseorang menutupnya?

Ahh ... tapi itu tidak penting. Ini kesempatannya untuk lari dan dia tidak akan menyia-nyiakannya. Flower menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, memeriksa situasi dan kebetulan keadaan sedang sangat sepi.

Flower inilah waktunya, kau harus segera pergi dari pria iblis itu.
Flower segera melangkah mendekati pintu itu. Dengan langkah siaga, dia pun  keluar dan kembali menutup pintu rapat-rapat. Flower mulai mempercepat langkahnya, saat melihat keadaan benar-benar sepi, aman terkendali.

Flower terus berjalan, hingga memasuki area hutan. Flower tidak peduli, meskipun dia tidak mengenal tempat itu. Dia terus melangkah, mengikuti kata hatinya. Cuaca semakin dingin, salju turun dengan derasnya. Flower memeluk erat tubuhnya yang sedikit menggigil, rasa dingin mulai menembus sampai ketulangnya.

Flower merasa pelariannya sudah sangat jauh. Tapi sejauh ini, Flower belum juga menemukan jalan atau rumah penduduk satu pun di sana. Flower terus berjalan, hingga hari semakin gelap.

"Aaaauuuuuuuuu ...”

Flower menghentikan langkahnya. Lolongan itu  terdengar jelas di dekatnya.  Semak-semak di depannya bergerak, pertanda ada sesuatu di baliknya.

Flower merasa sangat takut. Jika ada binatang buas di sana, entah bagaimana nasibnya. Tiba-tiba ia menutup mulutnya tak percaya, saat dua ekor serigala besar muncul di depannya. Flower melangkah mundur dengan pelan. Mencoba tidak membuat pergerakan yang akan memancing serigala itu menerkamnya lebih cepat.

“Tuhan bantu aku.  Aku tidak mau mati mengenaskan seperti ini. Tolong ...!  siapa pun tolong aku!  Akhhhkkk ...”

Tumit Flower tersandung akar dan jatuh terduduk di dekat pohon itu.  Flower terisak,  hari ini dia harus menerima nasib kematiannya karna diterkam serigala.

"Jangan! Jangan bunuh aku ...” isaknya walaupun serigala itu tak akan mendengar permintaannya.

“Tolonggggg ... Tolong aku ...” Flower beringsut mundur, saat serigala itu semakin mendekat.

Flower memejamkan matanya, dia memasrahkan dirinya. Lari pun tak akan membuatnya selamat. Air matanya mengalir deras, dia sudah membayangkan bagaimana rasa sakit saat tubuhnya di cabik-cabik dan dimakan serigala itu.

IDOLA RANJANG (21+) - Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang