Kami memang Berbeda (part 4)

501 17 2
                                    

Hanya suara televisi terdengar memecah keheningan malam..

Maya dapat melihat perubahan mimik laki-laki di sebelahnya.

Tanpa komentar dan berlalu begitu saja meninggalkan Maya menuju dapur. Terdengar suara denting sendok beradu dengan gelas.

Menunggu...hanya itu yang bisa Maya lakukan. Tanpa sepatah kata..

Masumi tampak membawa nampan berisi 2 gelas teh di tangannya.

Senyum terukir di bibirnya, ketika Masumi meletakkan teh di meja, yang memberikan desir hangat di hati Maya.

"Ayo Honey, kita minum teh. Sebelum kita mulai bicara serius," lirik Masumi yang disambut wajah pucat Maya.

"Hei, kita hanya akan bicara, bukan mau perang dingin ga jelas seperti kemarin," goda Masumi.

Maya tersenyum, hati kecilnya berkata syukurlah Masumi tidak marah dengan cerita adegan yang harus dia perankan.

"Sayang, ada yang mau diceritakan kenapa tiba-tiba sebulan terakhir, kita harus perang dingin?" selidik Masumi.

"Kukira semua sudah jelas kemarin, aku sangat mencintaimu, aku telah memilihmu sejak 8 tahun lalu," masumi terdiam sesaat.

"Dan kesalahan terbesarku adalah menyetujui pertunangan ku dengan Shiory Takamiya, namun itu adalah pertunangan bisnis," terdengar nada sendu di kalimat terakhir Masumi.

Maya terenyuh, dia tau benar apa yang telah dilalui kekasih hatinya itu.

Pertunangan dan berlanjut pembatalan, semua itu harus dilalui Masumi demi dirinya, dan itu tentu tidak mudah mengingat latar belakang keluarga Shiory.

"ehmmm itu...saya bukan ingin perang dingin Pak Masumi. Saya hanya ingin waktu sebentar untuk berpikir." Maya menjawab datar.

Tangannya meraih gelas teh di depannya, meneguknya perlahan sekedar untuk menghilangkan kegalauan di hatinya.

"Pak Masumi, Anda tau siapa saya, saya yang kata orang hanya cantik di atas panggung, sisanya saya hanya orang kebanyakan," lirih Maya.

"Kemarin Nona Shiory mengajak saya bertemu, dan." Maya menarik nafas sebentar.

"Nona berkata kenapa menyetujui pembatalan pernikahan denganmu karena dia tidak yakin 10 atau 20 tahun lagi, bisa mempertahankan pernikahan."

Masumi menatap binar mata Maya, menemukan kesungguhan sekaligus keraguan di sana.

"Akan ada banyak wanita cantik dan muda berada disekitar Anda, Pak Masumi." Maya menghela nafas.

"Dan jika, hatimu berpaling, karena tau begitu banyak kekuranganku setelah kita menikah, apa yang harus kulakukan."

Bulir air mata kembali jatuh di sudut mata Maya.

"Kita terlalu berbeda, Pak Masumi." lanjut Maya.

Masumi mengangkat kedua telapak tangannya, menangkupkan ke kedua sisi wajah kekasih hatinya, mengajak wajah itu untuk menatapnya.

Ada gelombang kebahagiaan menelisik relung Masumi, gadis mungilnya kini telah dewasa, dan ternyata gadis inipun memiliki mimpi yang sama dengannya.

Pernikahan. Masumi tersenyum bahagia.

Maya menatap wajah kekasihnya yang tersenyum dengan hati tak menentu.

"Mungil, ternyata kamu telah dewasa.

Hahaha.." Masumi tertawa lepas.

Disambut cubitan kecil Maya di lengan Masumi.

All about LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang