Gerbang Cinta Untukku (part 29)

273 16 11
                                    

"Shiory," ucap Hayate lirih..

"Selamat Malam Tuan Hayami, Selamat Malam Nona Maya," lanjut Hayate sambil membungkukkan badannya.

Maya tak sanggup menjawab sapaan Dokter Hayate.

Hanya anggukan kecil di sela-sela isak tangis Maya sebagai tanggapan.

Sementara Eisuke masih terpaku di tempatnya.

Wajah jenderal besar Keluarga Hayami itu tampak letih. Luapan emosi yang baru saja dikeluarkannya, cukup terlihat di raut wajah tuanya.

Tubuh Shiory masih bergetar hebat.

Ucapan yang dilontarkan ayah mertuanya telah memukul telak seluruh harga dirinya di hadapan Maya.

"Beristirahatlah, Shiory. Tenangkan dirimu. Renungkan semua kata-kataku. Kuharap kau mengerti bahwa apa yang kulakukan ini adalah sebagai usaha menjaga kehormatan keluarga Hayami sekaligus Takamiya," ucap Eisuke lembut.

"Saya akan mengantarkan Nyonya Hayami kembali ke rumah Tuan. Mohon maaf telah mengganggu kenyamanan Tuan Besar dan Nona Maya," kata Hayate sopan.

Hayate merengkuh pundak Shiory dan berkata, Ayo kutemani pulang ya Shiory.

Sebelum melangkah meninggalkan Maya dan Eisuke, Shiory menghabiskan semua kesedihannya dalam rengkuhan pelukan Hayate.

Pemandangan tersebut tidak luput dari perhatian Eisuke Hayami. Seulas senyum tersungging di bibirnya.

Gedung Daito..

"Apa kau bilang, Mizuki. Shiory di rumahku ?" tanya Masumi.

"Iya Tuan. Tuan Hijiri meminta saya menyampaikan hal ini pada Tuan," jawab Mizuki.

Masumi mengepalkan tangannya di atas meja.

"Shiory...Kapan kau akan mengerti," luapan emosi Masumi terlontar dari bibirnya.

Masumi mengambil jas yang tergantung di sudut ruangan kerjanya.

"Aku akan menengok ayahku, Mizuki. Diskusi kita lanjutkan besok pagi."

"Baik Tuan Masumi," sahut Mizuki.

Masumi melangkahkan kaki ke parkiran Gedung Daito.

Di balik kegelapan malam, tampak seorang laki-laki bertubuh kekar mengamati Masumi.

Sebuah kode diberikan laki-laki tersebut dari balik tiang basement parkir, sejurus kemudian beberapa laki-laki lain muncul dan menghadang Masumi.

"Siapa kalian?" hardik Masumi.

Seringai tawa memecah keheningan.

"Kami, malaikat kematian yang berbaik hati, Tuan Masumi."

Bersamaan dengan kalimat yang dilontarkan para penghadang tersebut berakhir, sebuah pukulan melayang ke arah Masumi.

Tak pelak lagi perkelahian tidak seimbang itu mampu membuat Masumi terhuyung.

Pelipis, bibir dan hidung Masumi telah meneteskan butir berwarna merah.

Diantara tatapan dan usaha untuk menangkis pukulan, "Kalian orang suruhan Takamiya ?" tanya Masumi.

Namun pertanyaan masumi tidak mendapat jawaban berarti.

Perkelahian terus berlanjut dengan tidak seimbang.

Rintihan Masumi tidak mengurangi hujaman pukulan dan tendangan mendarat dari lawan Masumi.

Terkulai lemas di lantai basement, Masumi dapat mendengar langkah kaki menghampiri dari kejauhan.

Sosok Gin tersenyum puas melihat keadaan Masumi yang tersungkur.

All about LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang