Bab 1 Berita Buruk

42.2K 1K 110
                                    

Hai.... Kali ini aku kembali dengan kisah remaja yang dibumbui dengan kehidupan islami untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

Semoga cerita ini bisa diterima seperti cerita ku yang sebelum2nya...

Jangan lupa follow dulu sebelum membaca.

==*==

"Ketika sebuah lingkaran pergaulan membuatmu dipersalahkan dari apa yang tidak kau lakukan dan itu konyol"

==*==

Apa yang kalian fikirkan pertama kali saat mendengar nama Fatimah?

Gadis alim? berkerudung? pintar agama?

Huft... itulah yang selalu orang pikirkan saat berkenalan denganku, tapi percayalah aku tak sesempurna itu. Aku tidak berkerudung juga tidak pandai ilmu agama, aku hanya seorang gadis SMA biasa yang suka bergaul dan bersenang-senang layaknya remaja kebanyakan. Setiap kali aku mengajukan protes kepada mama dan papa, mereka hanya menjawab kalau itu adalah nama terindah untuk seorang wanita muslim dan aku tak tahu kenapa mereka berpikir seperti itu.

Sudah hampir 10 menit aku berdiri di depan cermin, mengagumi pantulan diriku disana. Katakanlah aku terlalu percaya diri, tapi aku memang selalu menjadi pusat perhatian dimanapun berada. Dengan wajah cantik, tubuh langsing dan otak cemerlang, membuatku menjadi gadis yang patut dikagumi.

Waktu telah menunjukkan pukul delapan malam padahal Alrico telah berjanji untuk menjemputku satu jam yang lalu, kita memang berencana untuk bermalam minggu seperti biasanya tapi sekarang aku mulai bosan menunggu. Aku menghampiri papa dan mama yang tengah asik menonton televisi di ruang keluarga, menjadi pemisah ditengah-tengah mereka memang telah menjadi kebiasaanku sejak kecil. Jangan salah, aku hanya memisahkan jarak duduk mereka, bukan memisahkan hubungan mereka.

"Kamu mau pergi?" tanya papa.

"Heem," jawabku asal sambil menyomot popcorn yang ada dipangkuan mama.

Mama yang berada di sebelahku ikut menyahut, "Ini uda jam delapan malam lho Sayang, ingat kan jam malam kamu tetap hanya sampai jam sepuluh."

"Iya Ma, Fat gak akan pernah lupa, ini juga Fat lagi kesel banget sama Alrico yang gak datang-datang."

"Uda dihubungi?" tanya papa tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi.

"Uda ribuan kali." Aku masih fokus melihat pesan-pesan whatsapp yang belum dibaca oleh Alrico. Jujur perasaanku agak tidak enak, sebenarnya dimana dia.

Aku mulai jengah, kusandarkan punggungku disofa dan ikut melihat ke layar telivisi, sayangnya acara yang tersaji di depan sana semakin membuatku bosan.

"Pa ... ganti kek salurannya," pintaku sambil merengek.

Tanganku hampir memencet angka di tombol remote saat mataku menangkap wajah Alrico muncul di layar kaca saat ini. Hatiku mencelos saat mendengar suara penyiar itu begitu tajam, mengucapkan berita tentang Alrico yang tertangkap karena kasus penyalahgunaan narkoba.

Aku menggeleng pelan, mencoba tidak mempercayai apa yang aku dengar tapi nyata wajah yang terpampang disana begitu nyata, menampilkan wajah tampan pemuda yang hampir enam bulan ini telah menjadi kekasihku.

Ta'aruf dalam SunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang