satu

737 41 28
                                    

Musim baru, semester baru, manusia-manusia baru mulai menampakkan dirinya. Mahasiswa-mahasiswa baru dengan senyum lebarnya berjalan memenuhi lapangan kampus jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Tawa dan bising terdengar di mana-mana, membuat Chae Dodo memutuskan untuk memalingkan wajahnya dan menjauhi kerumunan.

Chae Dodo melirik jam tangannya, berusaha untuk tidak mementingkan kebisingan di belakangnya. Tahun ini, seperti tahun sebelumnya, ia menjadi panitia masa orientasi mahasiswa baru. Dodo tidak keberatan untuk turut serta kegiatan seperti ini, selama ada konsumsi baginya, maka semuanya akan berjalan lancar.

Ia menggenggam erat pengeras suara di tangannya, menghitung mundur waktu. Saat waktu sudah menunjukkan pukul delapan, maka ia akan memulai neraka ini. Ia menatap rekan-rekannya, menerima senyuman pemberi semangat yang hanya ia balas dengan anggukan dan tatapan tajam.

Lima, empat, tiga, dua, satu. Penyiksaan pun akan dimulai.

"Selamat pagi, adik-adik," ucap Dodo melalui pengeras suara dengan tegas, segera disambut sapaan dari lautan manusia di hadapannya, "berbarislah dengan rapi sesuai dengan program studi kalian,"

Mahasiswa-mahasiswa itu berjalan, berteriak-teriak mencari teman-teman seperjuangannya, berjalan dengan lambat, bahkan masih menyempatkan diri untuk tertawa disela-selanya. Dodo menyilangkan tangannya di depan dada. Kepalanya memanas, darahnya mendidih akibat direbus di bawah sinar matahari pagi dan melihat kelakuan adik-adik yang akan menerima amukannya sebentar lagi. Rekan-rekannya pun mempertahankan ekspresi datar dan tegas. Mereka pun tahu, Dodo akan beraksi.

Dalam diam, Dodo melihat jam tangannya, menghitung detik demi detik yang berganti menjadi menit. Ia membiarkan mereka memuaskan diri untuk berbicara satu sama lain, membiarkan mereka tertawa terbahak-bahak sebelum melalui pederitaan tiada akhir, membiarkan mereka tersadar bahwa mereka telah berhadapan dengan hewan buas.

Dodo tak mengalihkan pandangannya, tetap tertuju pada jam tangannya, hingga sebuah suara berusaha mendiamkan para bocah yang baru lulus SMA itu. Sederhana, hanya suara dari huruf s dan h digabung dan ditahan hingga beberapa detik lamanya hingga semua orang tersadar. Saat tiada suara lagi terdengar, Dodo pun mengangkat kepalanya, tersenyum.

"Selamat," ucapnya melalui pengeras suara lagi.

Mahasiswa itu berpikir bahwa senyuman yang ia berikan adalah senyuman tulus, senyuman pemberian selamat karena telah lulus dari bangku SMA dan melangkah maju ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka pun ikut tersenyum, beberapa ada yang tersenyum begitu lebar hingga membuat Dodo menyesal mengapa ia harus tersenyum dan pada akhirnya hanya akan menyakiti hati mereka.

"Selamat karena kalian telah membuang waktu kami dan kalian semua selama 9 menit 52 detik," ucap Dodo lagi, kini senyumnya telah menghilang dari wajahnya, "sebuah rekor,"

Senyum pada wajah remaja-remaja itu pun turun menjadi kekesalan. Kakak tingkat mereka yang satu ini sudah tidak waras! Cantik, tetapi menyeramkan!

"Pertemuan kita yang pertama sudah dimulai dengan suasana dingin, maafkan aku, tetapi sejujurnya kalian juga harus meminta maaf pada diri kalian sendiri karena sebenarnya, kami, panitia di sini, tidak ada yang membuang-buang waktu seperti kalian," lanjut Dodo.

"Bukankah dengan kakak berbicara seperti itu maka waktu kami pun terbuang juga?"

Sebuah suara tinggi, tetapi mengintimidasi terdengar dari tengah barisan. Perempuan, Dodo yakin, dan ia sedikit berteriak, tetapi suaranya tidak bergetar sama sekali. Suaranya bulat, tegas, tidak manja. Dodo merasa dirinya tertantang.

"Siapakah itu yang berani membuka mulutnya?" tanya Dodo, menyeringai sedikit sambil mencari-cari mangsanya.

Tak butuh waktu lama, setelah pertanyaan itu dilayangkan, sebuah tangan muncul dari barisan program studi Akuntansi. Semua mata tertuju pada pemilik tangan itu, tertarik dengan apa yang akan dilakukan mahasiswa baru itu.

rivalover ; c.hw + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang