Kedai kopi mungil yang merupakan pilihan Dodo untuk mengajak Yeojoo menikmati sorenya memiliki suasana yang berkebalikan dengan keadaan tengah kota yang ramai. Kafe itu didominasi warna cokelat dan putih, mengeluarkan aura hangat dan menyambut para penikmatnya dari kerumitan sehari-hari. Aroma kopi, cokelat, dan kue bercampur menjadi satu di udara—ketiganya saling melengkapi satu sama lain, memberikan ketenangan bagi otak.
Sambil menggenggam tangan Yeojoo, Dodo membawanya masuk ke dalam, memperkenalkan kedai kopi favoritnya kepada perempuan kesayangannya. Mata Yeojoo menerawang ke seluruh sudut, mengambil pemandangan baru di hadapannya. Keduanya duduk di sudut yang telah dipilih Dodo, tersembunyi dari tatapan orang-orang yang mengikutinya.
Perasaan canggung yang awalnya menyelimuti Yeojoo perlahan mulai menguap dan digantikan oleh rasa hangat di tubuhnya saat melihat Dodo yang tidak pernah menghilangkan senyumannya. Secangkir kopi susu dan segelas minuman dingin diletakkan di meja kecil yang memisahkan keduanya disertai dengan sepotong kue cokelat yang dibagi untuk Dodo dan Yeojoo—Yeojoo memaksa Dodo untuk membeli satu kue untuk mereka berdua agar terlihat romantis dan irit.
"Ceritakanlah tentang dirimu," pinta Dodo setelah menyeruput kopi panasnya.
"Mengapa kau menginterogasiku seperti kencan buta?" canda Yeojoo.
"Aku merasa pengetahuanku tentang dirimu masih kurang banyak," lanjut Dodo, "kita dulu berkenalan dengan cara yang kurang baik, kau tahu?"
Yeojoo tertawa. "Jangan mengingat masa lalu lagi, lagipula sekarang kita sudah berdamai."
"Menurutku, kita lebih dari berdamai," balas Dodo dengan senyum.
"Berhentilah tersenyum!"
"Kau ini menggemaskan, bagaimana caranya aku bisa tidak tersenyum?"
"Jangan merayuku, dasar buaya darat!" Yeojoo berusaha berlagak kesal untuk menyembunyikan keinginannya untuk tersenyum.
"Walaupun demikian, kau menyukai buaya darat ini, bukan?"
"Aku tidak menyukaimu,"
"Bohong,"
Dodo tertawa, disusul dengan tawa gadis di hadapannya. Ia memandangi Yeojoo yang kemudian bermain dengan rambutnya yang diikat dua rendah, kemudian mengaduk-aduk minuman dinginnya.
"Kau tahu," gumam Dodo untuk memancing perhatian Yeojoo, "aku senang melihatmu mengikat dua rambutmu,"
"Mengapa?"
"Aku menjadi teringat akan masa-masa tengilmu," canda Dodo, membuat Yeojoo melipat kedua tangannya di depan dadanya dan bersender pada kursinya.
"Kau menyebalkan," bisik Yeojoo sambil cemberut.
"Hei, ayolah, jangan marah seperti itu kepadaku. Aku ini hanya menggodamu," ujar Dodo, "supaya kau memaafkanku, bagaimana kalau hari Sabtu ini kita pergi berdua selama sehari penuh?"
"Ke mana?" tanya Yeojoo, tertarik dengan ide Dodo.
"Aku menyerahkannya kepadamu,"
Yeojoo menghela napas. "Aku tidak tahu tempat-tempat menyenangkan yang cocok untuk dijadikan lokasi kencan. Sebenarnya, kemanapun kita pergi, aku akan menyetujuinya asalkan Kak Dodo yang menyetir."
"Ah, kau suka membuatku menderita, ya?"
"Bukan begitu!" bantah Yeojoo dengan wajah merah sebelum ia melanjutkan dengan suara pelan, "aku hanya suka melihat Kak Dodo menyetir... kau tampak keren,"
Mendengar pujian dari kekasihnya, Dodo terdiam. Di hadapannya, Yeojoo berusaha menutupi telinga merahnya—menggaruknya, menutupinya dengan rambut—dan Dodo hanya dapat menatapnya. Aliran-aliran saraf di otak Dodo benar-benar berhenti setelah mendapatkan pujian dari Yeojoo. Jantungnya berdetak dengan kencang dan ia berpikir, oh, jadi inilah rasanya jika kekasihmu memujimu dengan tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
rivalover ; c.hw + y.kh
Fanfictionrival /ˈrīvəl/ : (n) a person or thing competing with another for the same objective or for superiority in the same field of activity lover /ˈləvər/: (n) a person having sexual or romantic relationship with someone, often outside marriage Chae Dodo...