tiga

183 35 4
                                    

Dodo menyadari bagaimana Yeojoo akan menyimpan makanannya dalam pipinya, membuatnya tampak seperti hewan pengerat di musim dingin. Ia akan mengunyah makanannya dengan cepat seraya matanya membulat dan membesar. Pipinya memerah menggambarkan dua buah apel yang ranum di musim semi.

"Apa?" tanya Yeojoo.

Dodo mengangkat alisnya, menyadari bahwa Yeojoo kini telah menutup tempat makannya dan berbalik menatap Dodo.

"Apa?" giliran Dodo yang menanyakan hal yang sama kepada Yeojoo.

Yeojoo kemudian berpura-pura batuk dan bersin tak henti-henti. Dodo menatapnya dengan kebingungan. Ia benar-benar tidak tahu apa yang bocah itu pikirkan.

"Maaf, aku alergi saat ada orang menatapku secara terang-terangan," ucap Yeojoo, kemudian menyeringai.

Dodo berani bersumpah ia tidak panik. Wajahnya tidak memerah.

"Aku hanya terpesona dengan kejelekanmu," balas Dodo.

Yeojoo tertawa pelan melalui hidungnya dan memutar bola matanya. "Terserah apa katamu, yang terpenting sekarang, sebaiknya Kak Dodo makan dengan cepat dan membantu panitia lainnya. Ini adalah istirahat makan siang, bukan piknik."

Yeojoo kemudian bangkit dan meninggalkan Dodo sendiri untuk menghampiri panitia dan teman-temannya yang sedang memungut sampah di sekeliling lapangan. Sambil mengunyah makanannya, Dodo memerhatikan perempuan yang selama dua hari itu telah ia ganggu.

Yeojoo tersenyum begitu lebar terhadap teman-temannya, memunculkan lesung pipinya. Matanya membentuk bulan sabit akibat senyumnya yang mencapai matanya. Dodo pun sebenarnya tidak heran mengapa Yeojoo tidak pernah tersenyum dengan tulus padanya. Andaikan suatu hari Yeojoo tersenyum padanya dengan tulus, mungkin Dodo akan menenggelamkan bocah itu dalam kolam ikan di rumahnya.

"Lelet, segera selesaikan acara perjamuanmu!" ucap Yeojoo kepada Dodo.

"Berisik, seharusnya yang mengomelimu itu aku!"

"Bila Kak Dodo tidak ingin seorang mahasiswi baru yang pendek ini mengomelimu, maka segera habiskan makananmu!" Yeojoo menjulurkan lidahnya sebelum akhirnya kembali memunguti sampah di sekelilingnya.

"Iya, bawel," balas Dodo singkat.

Kegiatan orientasi mahasiswa baru segera dimulai kembali setelah istirahat selama 15 menit mereka telah selesai. Dodo yang kini telah mengikat rambut panjangnya yang berwarna cokelat gelap ke belakang telah berdiri dengan anggun namun tegas di depan barisan mahasiswa-mahasiswa baru. ia berkacak pinggang, menanti anak-anak baru itu membentuk barisan dengan rapi. Lagi-lagi, matanya berkeliaran mencari Yeojoo.

Yeojoo lagi, Yeojoo lagi. Mengapa matanya tak pernah lepas dari mencari Yeojoo?

"Dimana Yoo Yeojoo?" tanya Dodo kepada salah satu mahasiswi yang berdiri di hadapannya.

Raut wajah gadis itu seketika berubah menjadi tegang, terkejut karena seorang Chae Dodo, senior berwajah cantik, bertubuh bak model, dan omongan pedas itu berbicara kepadanya.

"A-aku tidak tahu, Kak," jawab mahasiswi itu dengan gelagapan.

Dodo menahan napasnya. Ia siap memaki Yeojoo saat akhirnya perempuan yang dimaksud itu berjalan cepat kembali ke barisannya, berhadapan kembali dengan Dodo.

"Kau tidak akan meminta maaf?" tanya Dodo.

"Untuk apa?"

"Untuk mengundur waktu mulainya kegiatan kita,"

"Oh, maaf, aku telah meminta izin pada salah satu panitia untuk pergi ke toilet. Lagipula, manusia yang pergi ke toilet bukan hanya aku seorang. Masih banyak orang-orang yang berada di toilet," lanjut Yeojoo, "apakah Kak Dodo mencariku? Apakah Kak Dodo merindukanku?"

rivalover ; c.hw + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang