dua puluh dua

453 25 25
                                    

warning: konten seksual; bagi yang tidak nyaman dengan konten seksual, berhenti membaca dari paragraf  ("Aku malu," jawab Yeojoo lembut, "dan geli," "Mengapa kau malu?") kemudian, bisa dilanjutkan membaca di paragraf  (Dodo membuka matanya, menatap Yeojoo yang masih juga memerhatikannya dan mengecup kaki Yeojoo.)

Selamat membaca!

--

Yeojoo melepaskan pelukannya pada Dodo dengan perlahan. Dalam hatinya, ia bingung dengan reaksi Dodo pada pernyataan cintanya barusan. Apakah selama ini, Dodo memang membenci Yeojoo dan tindakannya memang hanya sebatas teman?

Dodo mengubah posisinya dari berbaring menjadi bertumpu pada siku kanannya, berusaha meraih lampu tidur yang telah ia matikan untuk memberikan penerangan di dalam kamarnya. Setelah ia dapat melihat seisi ruangannya dengan jelas di bawah cahaya remang, ia membalik badannya untuk menghadap Yeojoo. Begitu terkejutnya Dodo saat ia melihat Yeojoo sedang menangis dan berusaha menyeka air matanya dengan kepayahan. Semakin ia menyekanya, semakin deras air mata yang keluar dari mata Yeojoo.

"Mengapa kau menangis?" tanya Dodo, tangan kanannya meraih wajah Yeojoo untuk ikut menghapus air mata yang tersisa.

"Aku takut Kak Dodo akan membenciku," gumam Yeojoo di sela-sela isak tangisnya yang tertahan.

"Akan tetapi, aku tidak mengatakan bahwa aku membencimu, bukan?"

Pertanyaan Dodo membuat Yeojoo mengangguk lemah. Gadis itu masih belum mampu menatap mata Dodo.

"Sudah, jangan menangis lagi. Aku tidak pernah mengenal Yeojoo yang cengeng," ucap Dodo, "Yeojoo yang kukenal adalah perempuan yang berani melawan kakak tingkatnya, berani menampar kakak tingkatnya dengan buku tebal, berani melawan hujan badai hanya dengan payung lipatnya, berani menolak bantuan kakak tingkatnya,"

Napas Yeojoo berangsur-angsur normal kembali, sesekali terdengar tarikan napas tajam dari sisa tangisannya.

"Yeojoo yang aku suka itu," lanjut Dodo, tersenyum sambil memandangi Yeojoo, "Yeojoo yang menggemaskan seperti hamster,"

Yeojoo cemberut. "Aku bukan hamster."

"Hamster itu menggemaskan," bantah Dodo, "Yeojoo yang aku suka adalah perempuan menggemaskan bahkan saat ia makan sekalipun. Ia akan terus menyuapi dirinya sendiri dengan makanan hingga pipinya penuh, benar-benar seperti hamster!"

Yeojoo terkekeh melihat Dodo yang begitu semangat menjabarkan diri Yeojoo.

"Ini." Dodo menyentuh pipi Yeojoo, membuat gadis itu terkejut. "Lesung pipi di bawah mata Yeojoo akan muncul bila ia tersenyum atau tertawa lebar."

Dodo menarik tangannya menjauh dari pipi Yeojoo hanya untuk terkepal di dekat kepalanya sebagai alas kepalanya. "Itulah Yeojoo yang aku kenal, Yeojoo yang aku sayangi. Aku tidak pernah mengenal Yeojoo yang cengeng dan suram seperti ini. Jangan-jangan kamu bukan Yoo Yeojoo! Ayo, mengakulah! Dimana Yoo Yeojoo yang sesungguhnya?"

Dodo menggelitiki Yeojoo, berusaha memojokkan Yeojoo untuk memberikan jawaban dari pertanyaannya yang penuh canda itu. Yeojoo tertawa lantang, meminta Dodo untuk berhenti, tetapi Dodo seperti tidak memiliki niat untuk melepaskannya secepat itu.

"Aku Yoo Yeojoo yang sebenarnya, Kak!" Yeojoo berusaha berbicara, tetapi setiap katanya diselingi tawa yang membuat perutnya sakit.

"Aku tidak memercayaimu! Kau harus membuktikan kepadaku bahwa kau ini adalah Yoo Yeojoo!"

Dodo masih menggelitiki Yeojoo, membuat Yeojoo harus berpikir keras untuk mencari cara agar Dodo dapat memercayainya dan tanpa banyak berpikir, Yeojoo segera menampar pipi Dodo.

rivalover ; c.hw + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang