enam belas

166 23 15
                                    

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Hyunwoo untuk pergi dari hadapan Yeojoo—dan Dodo, yang diam-diam menjadi penonton di belakang punggung Yeojoo. Yeojoo masih berdiri di ambang pintu, memastikan Hyunwoo benar-benar pergi meninggalkan mereka sebelum kembali ke dalam kamar dan menutup pintu lagi.

"Dasar anak bandel, mengapa kau tutup pintunya? Apakah kau tidak takut akan digerebek oleh dia lagi?" canda Dodo.

"Aku tidak peduli." Yeojoo menghela napas, mendudukkan dirinya tepat di sebelah Dodo di lantai. "Kak Hyunwoo sangat menyebalkan. Terakhir kali kuingat, tidak ada peraturan semacam itu di sini."

"Mungkin dia cemburu?" seringai Dodo, berusaha memancing respon aktif dari Yeojoo.

Melainkan respon heboh yang ia dapat, Yeojoo malah terdiam. Ia tampak seperti orang yang berpura-pura tidak mendengar pertanyaan Dodo. Dengan cepat, Dodo tidak mengungkit hal tersebut lagi dan memilih untuk mengubur topik semacam itu ke bawah tanah. Ia memutar otaknya untuk mendapatkan topik pembicaraan lain untuk memecah keheningan canggung di antara mereka.

"Bagaimana hubunganmu dengan Yoohyeon? Apakah kalian masih sering mengobrol?" tanya Dodo.

"Aku sudah jarang bertemu Kak Yoohyeon,"

"Oh,"

"Iya,"

Kemudian, hening lagi. Benar-benar canggung, entah mengapa sangat bertolak belakang dengan keadaan sebelum mereka didatangi dan diganggu oleh Hyunwoo. Dodo sepenuhnya menyalahkan Hyunwoo karena telah membuat Yeojoo menjadi mendung!

"Yeojoo, kamu..." gumam Dodo untuk mendapatkan perhatian Yeojoo.

Strateginya berhasil. Yeojoo segera menatap mata Dodo, menampilakn mata kecilnya yang tampak seperti mata rubah.

"Apakah kamu tidak menyesal memperbolehkanku masuk ke kamarmu?" tanya Dodo, agak ragu dengan pertanyaannya sendiri.

"Mengapa aku harus menyesal?" Yeojoo balik bertanya.

"Bukankah kamu sangat membenciku?"

Mendengar pertanyaan kedua dari Dodo, Yeojoo kemudian terdiam. Matanya berkeliaran melirik langit-langit, kemudian kembali pada mata Dodo. Ia mengernyit, berusaha untuk mencari jawaban yang sempurna.

"Aku," mulai Yeojoo, "mungkin tidak membencimu lagi,"

"Oh?" api kegembiraan dalam dada Dodo mulai menyala.

"Namun, Kak Dodo masih agak menyebalkan,"

Sudut bibir Dodo menurun. "Menyebalkan bagaimana?"

"Ya, menyebalkan," goda Yeojoo, senyum manisnya mulai muncul lagi.

Dodo tertawa, memancing tawa lepas pula dari Yeojoo. Keheningan yang canggung itu sedikit demi sedikit mulai mencair. Dodo memerhatikan Yeojoo dengan rinci. Ia memerhatikan Yeojoo dan matanya menyipit saat ia tertawa, lesung pipi di bawah matanya yang unik, pipi tembamnya yang berwarna kemerahan, rambut hitam dengan sentuhan warna cokelat tua yang lurus dan tampak lembut, bibir kecilnya yang tampak agak kering. Setiap hal dari Yeojoo yang tampak tidak sempurna di hadapan dunia membuat Dodo semakin terpesona padanya. Baginya, Yeojoo adalah sosok yang sempurna setiap saat, terlebih lagi di saat ia tertawa karena Dodo.

Bagaikan memandangi anak kecil yang sedang tertawa terbahak-bahak, Dodo tersenyum lembut.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, Yeojoo,"

Yeojoo berangsur-angsur berhenti tertawa, mengelap air mata yang keluar dari sudut matanya karena terlalu banyak tertawa. "Aku tidak perlu menjawabnya, Kak Dodo pasti sudah tahu jawabannya."

rivalover ; c.hw + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang