empat belas

129 26 10
                                    

"Kak Dodo, sepertinya ada yang sedang mengikutiku...."

"Yeojoo, sekarang kau sedang ada di mana?"

"Aku di dekat taman belakang fakultas," Yeojoo berbisik, "kumohon cepatlah kemari,"

Mendengar suara Yeojoo gemetar memantik api amarah dalam diri Dodo. Siapakah orang yang berani menguntit Yeojoo hingga membuatnya takut?

"Teleponnya jangan dimatikan, aku akan lari ke sana,"

Tanpa berpikir panjang, Dodo segera berlari dalam kecepatan angina menyusul Yeojoo. Dalam hatinya I berterima kasih atas program pengenalan lingkungan kampus karena bila ia tidak pernah menjadi panitia kegiatan tersebut, tentunya ia tidak akan tahu dimana letak taman belakang fakultas itu. Akan tetapi, persetan dengan program itu, Dodo menyesal pula karena ia tidak pernah berolahraga dan keadaan fisiknya dipaksa penuh untuk berlari dengan cepat dan lincah. Sepatu mahalnya yang tampak cantik juga tidak membantunya di dalam kondisi seperti ini. Tas di pundaknya terus-terusan melorot, membuat Dodo hampir membuangnya ke pinggir jalan untuk meringankan bebannya.

Orang-orang yang sedang berjalan santai melihat Dodo berlari dengan kecepatan penuh, memandangnya dengan tatapan aneh dan bodoh. Persetan dengan tatapan orang-orang! Nyawa Yeojoo sedang terancam dan sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk berhenti berlari dan memikirkan pandangan orang-orang. Ini adalah waktunya Dodo menyelamatkan Yeojoo dari ancaman!

"Yeojoo, Yeojoo," panggil Dodo terengah-engah di telepon.

"Ya," jawab Yeojoo singkat.

"Apakah kau bisa melihat penguntit itu?"

"Sekarang? Tidak, tapi aku sempat melihatnya saat aku keluar dari gedung kampus,"

"Beri tahu aku penampilannya,"

"Laki-laki, menggunakan jaket... um, jaket berwarna hijau lumut, seingatku,"

"Baiklah. Aku akan sampai di tujuan dalam hitungan..." suara Dodo semakin pelan, membisik.

Dodo mengubah larinya menjadi langkah tanpa suara hingga pada titik dia menyerah dan melepas sepatunya. Ia mengendap-endap di belakang seorang laki-laki yang memakai jaket berwarna hijau lumut. Tepat di depan laki-laki tersebut, Yeojoo sedang berjalan sambil memegang ponselnya.

Otak Dodo mulai bekerja, mencari cara untuk menyelamatkan Yeojoo dari laki-laki predator itu. Rencana awalnya adalah ia akan melewati laki-laki itu, berjalan dengan cepat menyusul Yeojoo dan berlagak menjadi kakaknya atau temannya, kemudian menyuruh Tuan Han untuk menjemput mereka secepat mungkin. Ya, mungkin rencana itu bisa berhasil.

Rencana itu bisa berhasil bila saja laki-laki itu tidak mengeluarkan pisau lipat dari saku jaketnya!

Dodo semakin marah. Ia meraih ikat pinggangnya, melepasnya dari lingkar pinggangnya.

"Yeojoo, dengarkan aku, ya," panggil Dodo lagi, kali ini membisik.

"Ya,"

Dodo menarik napas, menyiapkan dirinya untuk menyerang penguntit itu.

"Lari!" Dodo berteriak sekaligus mencekik laki-laki di depannya dengan ikat pinggangnya, membuat Yeojoo terkejut dan menengok untuk menyaksikan adegan di belakangnya.

"Kak Dodo!" Yeojoo berseru, memanggil kakak tingkatnya itu.

"Lari! Cepat!"

Yeojoo segera berlari, meninggalkan Dodo sendirian dengan penguntit bersenjata itu. Di sisi lain, Dodo semakin mengencangkan cengkerama ikat pinggangnya di leher penguntit itu. Orang-orang yang menonton kejadian itu mulai merasa ketakutan dan beberapa mencoba untuk menghubungi petugas keamanan patroli yang sedang berkeliling untuk melerai keduanya.

rivalover ; c.hw + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang