dua puluh tiga

207 24 21
                                    

Di dalam kamar yang hanya diterangi oleh terang matahari dari balik-balik sembunyi tirai, Chae Dodo dan Yoo Yeojoo berpelukan sambil masih terlelap. Keduanya tidak memedulikan tingginya matahari di langit, siulan burung-burung yang mulai mencari makan, bahkan kesibukan orang-orang di luar sana. Dodo merasakan hangat di bawah jari-jarinya, membelai dan memijat kulit lembut. Yeojoo mengerang penuh kantuk, merentangkan tangannya untuk melemaskan otot-otot kakunya.

"Kak Dodo," gumam Yeojoo, "pukul berapa sekarang?"

"Tidak tahu." Dodo memeluk Yeojoo semakin erat. "Tutup matamu, kita harus tidur lagi."

Yeojoo merogoh meja di sebelahnya, mencari keberadaan ponselnya dengan kesulitan karena Dodo bersikeras untuk mengencangkan pelukannya di pinggang Yeojoo. Saat ia mendapatkan ponselnya, Yeojoo berusaha mengerjapkan matanya untuk melihat waktu.

"Pukul 07.27," gumam Yeojoo, kemudian memejamkan matanya dan menghela napas, "hari Jumat,"

Hari Jumat, pukul 07.27 pagi.

"Sudah pukul 07.27!" Yeojoo melompat dari tempat tidur, sejenak ia melupakan tubuhnya yang terekspos tanpa pakaian, tetapi ia begitu terburu-buru untuk mencari sehelai kain guna menutupi tubuhnya. "Kelas pagiku pukul 8 pagi!"

"Yeojoo, diamlah, aku mengantuk," gumam Dodo.

"Aku bangun terlalu siang, Kak! Aku tidak ingin telat ke kampus, aku harus bagaimana?" Yeojoo berceloteh sambil mencari pakaian yang menurutnya layak untuk digunakan.

"Aku akan mengantarmu, kau bersiap-siaplah segera," balas Dodo sambil membenamkan wajahnya di bantal dan menghirup aroma khas Yeojoo di sarung bantalnya.

"Apakah kau tidak pergi ke kampus?" tanya Yeojoo.

"Aku tidak mengambil jadwal kelas di hari Jumat." Dodo berusaha membalas pertanyaan Yeojoo dengan suara jelas di antara kantuknya. "Bila kau tidak ingin semakin terlambat, cepatlah mandi, aku akan menyusulmu."

Dengan terburu-buru, Yeojoo memasuki kamar mandi dan segera meletakkan bajunya di rak gantung. Yeojoo berhenti sejenak di depan cermin dan seketika pula terbelalak saat ia melihat banyak bercak dan tanda merah menyebar di kulitnya—terutama payudaranya. Ia tahu siapa pelaku yang membuat kulitnya bercorak seperti itu, tetapi ia tidak memiliki waktu untuk membuat keributan dengan Dodo di pagi hari, terlebih lagi saat ia sudah hampir terlambat menuju kampusnya. Dengan hati-hati, ia memasuki bilik pancuran dan menyalakan air tanpa memedulikan suhu dingin yang menyentuh kulitnya. Kegiatan mandinya itu disela oleh suara pintu terbuka dan suara kaki melangkah memasuki bilik pancuran.

"Aku ingin membantumu mandi." Dodo melingkarkan tangannya di pinggang Yeojoo, seketika pula mendapatkan pukulan tangan terbuka dari Yeojoo.

"Jangan mengada-ada, cepatlah mandi, aku sudah terlambat," omel Yeojoo.

Dodo cemberut menerima penolakan dari Yeojoo dan dengan berat hati, ia membiarkan Yeojoo terlebih dahulu keluar dari kamar mandi untuk bersiap-siap. Dodo segera menyusul Yeojoo, tidak ingin memperburuk keadaan hati Yeojoo di pagi itu. Keduanya segera keluar dari kamar setelah Yeojoo mengambil tas, buku, bedak, dan gincunya, begitu pula Dodo yang mengambil dompetnya.

"Selamat pagi, Nona Chae," sapa para pelayan yang dilewati oleh Dodo dan Yeojoo, "Tuan dan Nyonya Chae sudah menunggu di ruang makan,"

"Kami tidak sarapan," Dodo membalas dengan cepat, berusaha membuntuti Yeojoo, "dimana Tuan Han?"

"Tampaknya ia menunggu di lobi, Nona,"

Dodo mengangguk dan menggandeng tangan Yeojoo, mengajaknya untuk berjalan lebih cepat saat menuruni tangga. Keduanya sempat terhenti saat nama Dodo dipanggil oleh wanita bersuara lembut dari arah ruang makan.

rivalover ; c.hw + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang