sepuluh

176 25 5
                                    

Hujan lebat semalam pada akhirnya membawa matahari untuk bersinar terang di pagi hari. Yeojoo melangkah masuk ke dalam kelasnya dengan hati riang. Paginya berjalan dengan sempurna, ia bahkan bangun tepat sebelum bekernya meraung untuk membangunkannya. Dior dan Minji pun tidak begitu sulit untuk dibangunkan—walaupun akhirnya Dior menggerutu karena ternyata kelas paginya tetap akan dimulai pada pukul setengah delapan pagi. Yeojoo juga berhasil membuat sarapan yang kelezatannya melebihi sarapan yang dihidangkan di hotel berbintang lima dan pada akhirnya, seisi rumahnya tidak ada yang kelaparan di pagi hari.

Yeojoo menyukai pagi harinya yang indah dan ia yakin tak akan ada satu hal pun yang dapat menghancurkan harinya.

Kelasnya berjalan lancar, ia datang lebih cepat dibandingkan orang-orang lain dan berhasil menempati tempat duduk kesukaannya dimana ia dapat melihat papan tulis dengan jelas. Ia telah mengumpulkan seluruh tugasnya tepat pada hari yang ditentukan, dosennya bahkan memberikan senyuman bangga padanya.

Beberapa orang di kelasnya menyapanya dengan ramah, membuat hati Yeojoo semakin hangat mengingat bagaimana manusia-manusia di kampusnya telah memerhatikannya saat ia menampar wajah Chae Dodo menggunakan buku tebalnya. Tampaknya, orang-orang sudah mulai melupakan kejadian itu.

"Yeojoo, aku pulang terlebih dahulu, ya," ucap Naeun.

"Iya, hati-hati," balas Yeojoo, melambaikan tangannya.

Yeojoo kembali merapikan buku-bukunya sambil bersenandung pelan. Di dalam kepalanya, ia telah menyusun rencana sepulang kuliah. Dior dan Minji telah berjanji akan menjemputnya untuk pulang bersama dan mereka akan pergi menyantap makan siang di restoran cepat saji di dekat kampus mereka. Yeojoo ingin cepat pulang agar ia dapat bertemu dengan sahabat-sahabatnya.

"Mengapa di luar ada Kak Dodo?"

Yeojoo mendengar beberapa mahasiswi berbisik-bisik di sekitarnya sambil menyebut nama sakral yang seharusnya tidak boleh disebut di depan wajahnya.

"Apakah setelah ini ruangan ini akan digunakan kelasnya?" tanya seorang mahasiswa.

"Bila begitu, kita harus cepat keluar. Aku tidak ingin dimarahi olehnya," jawab mahasiswa lainnya.

Yeojoo berpura-pura tidak mendengar. Ia berharap yang ia dengar hanyalah fatamorgana bagi telinganya dan semuanya hanya halusinasi. Tidak mungkin Chae Dodo akan berdiri di depan kelasnya, tidak mungkin ia akan bertemu Chae Dodo. Ia membawa tas dan bukunya keluar, siap untuk bertemu Dior dan Minji yang mungkin telah lama menunggunya.

Dengan dada dibusungkan dan mata menatap ke depan, Yeojooo melangkah dengan mantap. Begitu mantap langkahnya hingga ia tersandung kakinya sendiri saat ia mendengar sebuah suara memanggil namanya.

"Yeojoo!"

Matanya membesar. Ia tak salah dengar. Suara itu ialah suara Chae Dodo.

Yeojoo mempercepat langkahnya—bahkan ia telah berlari melewati kerumunan orang yang menghalangi jalan keluarnya. Orang-orang kembali memandanginya dengan tatapan aneh, tetapi seketika pula mereka memberikan jalan. Yeojoo mempertajam pendengarannya dan ia tahu ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Langkah kaki yang tak kalah cepat mencoba untuk menyusulnya.

"Yoo Yeojoo bangsat!" teriak Dodo dari belakangnya, "tidak bisakah kau berhenti sejenak?"

"Apa yang kau inginkan dariku, wanita bajingan!" balas Yeojoo tak kalah kasar.

"Bahasamu kasar!"

"Kau duluan yang memulainya!"

"Gila, kakimu pendek tapi mengapa larimu sangat cepat!"

Mendengar kakinya disebut dan dipertemukan dengan kata sifat yang cukup menyinggungnya, Yeojoo kemudian berhenti dan berbalik menghadap Dodo yang masih berusaha untuk mengejarnya. Tangannya memeluk erat buku tebalnya, siap untuk melempar buku besarnya pada perempuan jangkung itu. Saat Dodo akhirnya telah sampai tepat di hadapannya dan sibuk mengatur napasnya, Yeojoo hanya memandanginya dengan tatapan nanar.

rivalover ; c.hw + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang