"Selamat sore, Nona Chae," sapa Tuan Han selagi membukakan pintu bagi Dodo yang baru saja keluar dari kelasnya.
"Selamat sore," balas Dodo, "sebelum pulang, aku ingin pergi ke suatu tempat. Bisakah Tuan Han mengantarku?"
Tuan Han menarik napas sejenak, kemudian tersenyum dan menjawab, "apakah ini ada hubungannya dengan Nona Yoo?"
Dodo menggigit bibirnya, berusaha menutupi wajahnya dengan tangannya walaupun Tuan Han tidak dapat melihatnya dengan jelas saat Dodo duduk di kursi belakang. Ia sangat tahu bahwa Tuan Han dapat memahaminya dengan mudah bahkan tanpa ada pertukaran kata di antara mereka.
"Ya," gumam Dodo sambil menghela napas, "tolong antarkan aku ke tempat Yeojoo,"
"Baiklah." Tuan Han tersenyum lebar, kemudian menyiapkan dirinya di balik kemudi.
Dodo bersumpah ia juga ingin tersenyum, tapi tidak ada gunanya bila ia tersenyum hanya karena Yoo Yeojoo.
Dodo telah membawa buku tebal milik Yeojoo kemana pun ia pergi. Ia tidak melepaskannya sekali pun dari tangan maupun pandangannya. Memang tidak wajar bagi orang-orang untuk melihat Dodo membawa sebuah buku tebal di tangannya—mereka dapat menghitung dengan jari mereka seberapa sering Dodo terlihat membawa buku pelajaran kuliahnya. Akan tetapi, semua tatapan aneh itu tak pernah Dodo hiraukan. Ia tahu bagaimana pandangan orang-orang menilainya, tetapi apakah Dodo peduli? Ia masih punya banyak hal yang harus ia khawatirkan dan orang-orang itu bukanlah salah satunya.
"Nona Chae," panggil Tuan Han, memecah keheningan antara Dodo dan dirinya, "bolekah saya bertanya?"
"Silakan,"
"Apa yang membuat nona menyukai Nona Yoo?"
Dodo, yang tadinya tengah menatap ke luar jendela, tertegun. "Apa?"
"Apa yang membuat Nona Chae menyukai Nona Yoo?" Tuan Han mengulangi pertanyaannya cukup lantang kali ini agar dapat sampai ke telinga Dodo.
"Aku tidak menyukainya," jawab Dodo sambil tertawa sinis, "tidak ada satu hal pun yang membuatku dapat menyukai dia,"
"Mungkin kata 'suka' terlalu berat untuk diucapkan, bukan?" tanya Tuan Han.
Dodo tertawa lagi. Ia tidak mengerti mengapa Tuan Han memulai perbincangan ini.
"Aku benar-benar tidak menyukainya." Dodo menghela napas.
"Nona peduli padanya." Tuan Han kembali mendesaknya.
"Tidak,"
"Ya,"
"Tuan Han, hentikan ini."
Tuan Han pun terdiam, menuruti keinginan Dodo yang terdengar kesal dan tidak ingin melanjutkan topik perbincangan mengenai Yeojoo. Walaupun mulutnya telah dibungkam, senyumnya tetap terukir di wajah keriputnya—Tuan Han memang paling senang menggoda Dodo yang telah ia anggap sebagai anaknya sendiri. Ia tahu Dodo memiliki batas-batas kesabaran dimana ia tidak ingin membuat Dodo mengamuk di dalam mobil yang sempit itu. Untuk kali ini, Tuan Han hanya perlu menuruti kehendak Dodo untuk menghentikan obrolan mereka mengenai perasaan Dodo terhadap Yeojoo.
Dodo pun tak mengerti. Mengapa Tuan Han begitu yakin kalau Dodo menyukai Yeojoo? Ia tidak pernah menangkap konsep perjodohan yang sangat tidak masuk akal menurutnya. Untuk apa menjodohkan dua orang yang bertolak belakang dan saling tidak mengenal satu sama lain lebih dalam? Chae Dodo tahu bahwa Tuan Han hanya ingin menggoda dan memperlakukan Dodo seperti baru menginjak pubertas dan mengalami masa-masa cinta monyetnya di sekolah dasar. Perutnya agak tergelitik untuk membayangkannya, tetapi ia tidak akan meruntuhkan dinding wajah kakunya di hadapan Tuan Han.
KAMU SEDANG MEMBACA
rivalover ; c.hw + y.kh
ספרות חובביםrival /ˈrīvəl/ : (n) a person or thing competing with another for the same objective or for superiority in the same field of activity lover /ˈləvər/: (n) a person having sexual or romantic relationship with someone, often outside marriage Chae Dodo...