Chapter 23

9 0 0
                                        

Media sosial diramaikan dengan kabar dari keluarga Exvard. Tagar dengan Bernardo Exvard yang dikabarkan selingkuh rata-rata menduduki peringkat 2 dalam sosial media. Sedangkan kabar dengan kecelakaan Zayn menjadi pembicaraan teratas. Tak heran, karena pada saat kejadian terjadi pun keberadaan para wartawan tidak jauh dari tempat kejadian. Berita ini menyebar secara luas dan cepat ke publik. Perbincangan hangat justru menyita banyak perhatian Bernardo Exvard dan melalaikan pekerjaan bisnisnya.

Akibatnya banyak investor asing yang dijadwalkan bertemu dengannya untuk gagal. Termasuk proyek dengan sejumlah pengusaha yang ada di Jerman yang dia tinggalkan. Sayang seribu sayang, akibatnya banyak yang mundur dari proyek ini dan menyebabkan kerugian bagi perusahaan Exvard. Berbagai kerjasama yang seharusnya terjalin, kini terputus dan beralih keperusahaan lain.

Lagi dan lagi kabar buruk menimpa keluarga Exvard. Kekayaannya yang seharusnya semakin meluas justru menyempit. Namun hal ini bukanlah hal main-main. Bernardo menyadari bahwa ada sejumlah orang yang bermain dibalik semuanya ini, pasti ada dalang yang telah menyusun skenario ini. Tidak salah lagi. Tapi dia harus bersabar menunggu berita dan hasil penyelidikan para orang-orang suruhannya.

Dia tak mau terlalu ambil pusing mengenai asetnya yang berkurang. Lagian ada bawahannya yang akan menyeledikinya. Dia mau fokus pada penyembuhan anaknya yang belum sadarkan diri. Tak ada gunanya dia menumpuk kekayaan jika dia tidak mampu menumpuk kasih sayang pada anak semata wayangnya itu.

Dilain sisi, Fadli yang merupakan sahabat Zayn menerima kabar ini lewat sosial media ikut khawatir. Dia berencana akan menjenguk sohibnya itu ketika kelasnya berakhir. Kecelakaan yang dialami Zayn juga menjadi perhatian khusus di Exvard SHS, mereka bahkan mengosongkan jadwal beberapa mata pelajaran tadi di sekolah untuk menjenguk Zayn. Dan kini para guru sudah kembali lagi ke sekolah setelah jengukannya terhadap siswa cerdas itu berakhir.

"Fad. Kamu tahu kan Zayn kecelakaan?" tanya Khey, pacarnya.

Fadli mengangguk pelan. Dia sedih. Meskipun Zayn tidak terlalu terbuka padanya saat dia sudah membuka semua tentang dirinya, dia merasa bahwa Zayn sudah menganggapnya sahabatnya.

"Mau jenguk bareng?" tawar Khey dengan perhatian.

"Boleh"

Setelah sekolah hari ini berakhir, Fadli dan Khey melihat Clara pergi keluar kelas dengan cepat. Dia terburu-buru mengemasi ranselnya dan pergi ke basement.

"Padahal aku mau ajak Clara juga" kata Khey pada Fadli.

"Yaudah kita berdua aja. Biar mesra" Fadli mencoba bercanda.

"Gue ikut dong" Tia bersuara dari belakang meja mereka.

"Kemana lo ikut?" tanya Fadli selidik.

"Jenguk Zayn" senyum Tia.

"Yaudah. Ayo" Khey mengajak.

Mereka bertiga pergi menuju basement sekolah dan memilih untuk menggunakan kendaraan masing-masing. Kecuali Khey, dia dari sekolah menuju rumah menggunakan mobilnya sendiri. Tetapi kemudian bareng ke rumah sakit dengan Fadli. Tak lupa mereka mampir membeli bingkisan buah sebagai buah tangan mereka.

Setelah sampai di rumah sakit, mereka bertanya dan menuju ke ruangan VIP, tempat dimana Zayn dirawat. Tampak juga para pengawal yang setia berdiri di sekitar ruangan. Kini mereka benar-benar sadar bahwa Zayn adalah pewaris dari begitu banyak aset keluaganya.

"Maaf, ada perlu apa?" tanya salah satu pengawal itu.

"Kami temannya Zayn" jawab Fadli cepat. Fadli ingin segera tahu bagaimana kondisi temannya itu.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan menampakkan Clara.

"Clara?" ucap mereka bertiga bersamaan.

"Hai. Gak apa-apa pak. Ayo masuk" ajaknya pada teman sekelasnya itu.

Tak disangka, ternyata bukan hanya Clara yang sudah ada disana. Ada kedua orang tuanya juga, Hans dan kartika yang sedang berbincang dengan Silvy.

"Fadli"

"Hai, tante" sahut Fadli yang dikuti oleh teman lainnya.

"Hai, tante"

"Zayn ada disana. Clara, kamu antar mereka ya" Silvy menunjuk arah dimana Zayn berbaring.

Clara senyum dan membawa teman-temannya menuju kasur Zayn. Mereka melihat ada teman mereka disana. Pria yang memiliki kepintaran diatas mereka semua sedang bernafas dengan alat bantu. Kondisi wajah yang penuh luka dan sebagian ditutupi oleh perban. Mereka merasa kasihan dan sedih melihat murid teladan di sekolahnya itu belum dapat membuka matanya untuk sekadar melihat kedatangan mereka.

"Zayn. Cepat bangun ya! Entar sayang lho buah yang udah capek-capek gue beli buat lo jadi Clara yang makan. Kan habis duit gue jadinya" canda Fadli dengan suara parau.

"Lagian nanti gak ada lagi yang datang ke sekolah pake earphone layaknya orang gila"

"Gak ada lagi orang yang akan disukai bu Erika, Zayn" celoteh Fadli kepada Zayn.

Clara yang mendengar itu terbawa suasana. Dia mengingat masa-masa dimana dia tinggal di rumah Zayn. Sewaktu dia berstatus pacaran dengannya, kerja kelompok, duduk bersama dan kenangan lainnya yang berkerumun diatas kepalanya. Tak sadar dia meneteskan air mata, buru-buru dia mengusapnya pelan. Air matanya jatuh lagi, dan semakin menjadi-jadi. Akhirnya suara tangisnya terdengar oleh teman-temannya.

"Hiks....hikss....hikss" isaknya. Khey langsung memeluknya erat, memberi kekuatan.

"Zayn pasti akan sembuh. Ok?" Khey menyemangati untuk setia menunggu Zayn tersadar.
.

.

To be continued....

Hang Out [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang