Chapter 24

12 1 0
                                    

Setelah 3 hari lamanya Zayn dirawat dirumah sakit, akhirnya kemarin adalah hari dimana dia sadar dan melewati masa kritisnya. Kini dia memilih dirawat di rumah dengan perawatan intensif pastinya. Teman dan gurunya bergantian datang dan melihat kondisinya. Dia tentu senang, hari-harinya menjadi tidak begitu membosankan. Sore ini ada Tasya yang berkunjung.

"Hai Zayn" senyum manis mengembang. Ditunjukannya buku berbahasa Inggris yang tebal sebagai buah tangannya.

"Hai" Zayn membalas ramah. Dia sudah mulai membuka diri untuk berteman dengan masa lalunya.

"Apaan tuh?" Zayn mulai membuka pembicaraan agar tidak terlalu canggung.

"Buku. Lo kan Nerd. Buah mah gua yakin udah dapat banyak kan dari yang lain?" terka Tasya yang membuat Zayn senyum menggangguk.

"Gimana kabar lo? Udah baikan?"

"Udah. Seperti yang lo bisa lihat"

"Iya ya. Setidaknya lo udah bisa buka buku yang gue beli dan baca. Heheh"

"Sepertinya begitu" Zayn berpikir kalau Tasya sudah berbenah diri dalam bergaul. Pembicaraan yang awkward ini seolah menandakan bahwa dia berusaha berteman dengannya.

"Zayn gue mau minta ma-"

Tok. Tok. Suara pintu membatalkan lanjutan perkataan Tasya.

Dua kali pintu diketuk setelah akhirnya menampakan Clara yang telah datang bersama Fadli dan juga Khey. Mereka yang tadinya berbicara akrab terhenti sebentar melihat Tasya yang ada di dalam kamar Zayn.

"Hai" sapaan kikuk Tasya terhadap yang lain.

Tiba-tiba suasana menjadi diam layaknya tidak ada manusia di dalam ruangan tersebut. Clara, Fadli dan Khey yang masih berada didekat pintu terdiam belum menjawab. Haruskah mereka sok akrab? Atau mengabaikannya saja? Terakhir kali mereka bertemu ketika di pesta ulang tahun Khey bukan? Ketika dia membuat masalah dengan Dornan dan mengungkapkan identitas Zayn.

"Masuk aja, gue bakal balik kok" Tasya membuka suara, menyadari teman lainnya tak suka keberadaannya disini.

"Udah gak papa, Tas. Lo disini aja. Masuk Fad. Khey what's wrong with you guys?" Zayn berucap kepada teman-temannya. Dia tahu kalau Tasya kini sudah berubah terlihat dari permintaan maafnya yang terpotong. Mereka bertiga mendekat dengan diam tanpa kata. Fadli yang tak tahan dengan suasana seperti ini akhirnya mencoba cari topik yang tepat untuk mereka berlima.

"Kebetulan kita ada berlima. Gimana kalo kita main truth or dare aja?" saran Fadli. Emangnya truth or dare harus dimainkan lima orang ya?.

"Astaga Fad. Gak ada hubungannya lagi. TOD dimainkan 2 orang juga bisa kali"

"Oke. Gue anggap itu sebagai persetujuan. Gue nomor 1, khey 2, Clara 3, Zayn 4 dan Tasya 5. Kita buat jari kita sebagai hitungannya. Terserah mau berapa. Trus nanti kita jumlahkan, jika lewat 5 maka kembali ke satu. Paham?" Fadli membuat aturan permainan.

"Pake botol aja deh" kata Clara

"Dimana buat mutarnya?" dilihatnya Zayn yang ada dikasur.

"Yaudah deh"

Meski tampak sangat tidak nyaman bermain dengan Tasya, tapi Clara mencoba tak mempermasalahkannya. Toh juga Zayn yang menjadi korbannya tidak masalah apalagi dia.

"1,2,.....5" Fadli menghitung. Angka 5 menunjukkan Tasya yang harus memilih.

"Truth or Dare?" tanya Fadli pada Tasya.

"Truth" jawaban lemah terdengar dari bibir orang yang ditanya.

"Kenapa lo bongkar identitas Zayn?" suara lantang Clara menyambar cepat.

Hang Out [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang