14.Dia marah?

29 3 0
                                    

Jam dinding diruang keluarga menunjuk angka 8, langit yang sudah dipenuhi awan kegelapan membuat reza betah berada didepan jendela ruang keluarga, berdiri disana menikmati udara malam yang masuk melalu jendela yang sengaja ia buka.

Malam ini tidak ada kegiatan penting jadilah begini, reza hanya melangkah kesana kemari tanpa tujuan.
Sebenarnya kalau ia menelfon para sahabatnya menyuruh mereka datang kesini mereka dengan senang hati akan datang, tapi kali ini reza tidak menyukai keramaian, mood nya hancur setelah pertemuannya dengan jordy,

Otaknya berfikir keras mencoba memprediksi sebuah rencana apa yang sedang direncanakan oleh lelaki 20 tahun itu.

Yakin seyakin yakinnya, bahwa jordy terobsesi untuk membunuhnya.
Sampai kapanpun lelaki itu akan mengincar nyawanya.

Telefon rumah diruang tamu berdering keras, membuat reza berdecak dan segera keluar untuk mengangkat panggilan.

"Siapa?" Suara reza melembut

"Suaramu jauh lebih merdu kalau halus seperti ini"

Mendengar suaranya saja membuat reza berdecak lagi

"Jangan mengangguku dulu jor!" Sentak reza

"Kenapa? Aku hanya ingin bertanya kapan kau siap menemui Tuhan?"

"Sudah memiliki rencana eh.." Cibir reza

"Baru saja aku mendapatkan ide cemerlang, kau mau tau?" Tawar jordy

"Aku lebih suka kejutan!" Sinis reza,

"Baiklah aku hanya menanyakan hal itu padamu, selamat malam jangan lupa persiapkan nyalimu untuk menemui Tuhan dan bersiaplah mendekam di neraka"

Perkataan jordy diseberang sana membuat reza terbahak

"Hahahaha kau mabuk?"

"Oh tidak aku berhenti minum!"

"Apa Tubuhmu lemah Sekarang?"

"Itu ulah mu BANGSAT!!" Tegas jordy

"Kalau begitu aku tunggu kejutan darimu jor, dan selamat menikmati kehidupan lemahmu sekarang..."

"JA____ "

Tidak perlu mendengar teriakan murka dari jordy, reza segera membanting telefon rumah dan ia melangkah menuju kamar.

Mungkin tidur adalah cara terakhir untuk menenangkan pikiran juga bisa menumbuhkan ide ide untuk memberi sebuah hadiah kepada jordy.

Reza membanting tubuhnya ke ranjang empuk itu, mencoba menutup mata tapi sial!
Ponselnya terus berdering

Ia Melihat sekilas nama si penelfon dan reza tiba tiba memikirkan kata WASPADA di  otaknya..

Gresio's calling___

Reza Menarik nafas sejenak lalu menggeser tanda hijau pada layar ponsel, belum sempat ia mengucapkan kata hallo suara diseberang sana terdengar marah dan menakutkan.

"DARI MANA SAJA KAU TADI!!!"

"aku dirumah, kenapa? "

"BISA KITA BICARA R, AKU MERASA KAU SEDANG MEMBOHONGI KU"

Jelas sekali, reza  yakin kalau videonya tadi pagi sudah dilihat gresio.

Dan sekarang otaknya memiliki rencana untuk menghabisi salah satu sahabat lelaki itu.

"Kau sadar gre, kita dari tadi sudah bicara..."

"LANGSUNG! AKU SUDAH DIDEPAN RUMAHMU"

panggilan terputus, reza melotot tanpa kedip melihat layar ponselnya menghitam.

SILENT POUNCE💣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang