Cuma bermodalkan uang lima ribu saja Kiara bisa memakai toilet terminal itu untuk mandi, buang air, dan mengganti pakaian. Sebenernya tarif lima ribu itu untuk buang air besar ya bodo amat selagi bisa sekalian mandi kenapa enggak. Kiara gak mau rugi dong.
Semalaman dia menginap di rest area terminal. Tidak perduli Mamanya yang menelepon berkali-kali dan serentetan pesan Whatsapp masuk ke ponselnya.
Percayalah, Mama tidak benar-benar perduli padanya.
Kiara sedikit lebih bersemangat pagi ini. Tentu saja. Setelah pembicaraan tadi malam atas lowongan kerja itu Kiara akan pergi ke alamat rumah Tante Retnosari---si pemilik iklan---untuk apa lagi kalau bukan untuk melamar pekerjaan ini.
Entah bisa atau tidak. Kiara tidak punya pengalaman dalam mengasuh. Di perjalanan di dalam bus Kiara menebak-nebak akan seperti apa anak yang mau diasuhnya. Apakah laki-laki atau perempuan? Lucu atau tidak? Manis atau tidak? Atau jangan-jangan dia super nakal seperti di film-film bertema pengasuh yang sering Kiara tonton.
Hahaha lucu juga ketika Kiara membayangkan hal itu. Entahlah, insting keibuannya mendadak muncul. Kiara berharap akan mengasuh balita lucu yang tidak begitu rewel dan memusingkan.
Sebenarnya Kiara tidak terlalu perduli sih yang penting dia bisa tinggal dan tidur dengan nyaman.
"Ini, neng, Komplek Bunga Asoka. Udah nyampe nih." kernet bus memberitahu Kiara.
Jalan ini serasa tidak asing bagi Kiara. Jalan yang seolah sudah dikenalnya. Kiara turun dari bus setelah membayar ongkosnya.
Kiara mengernyitkan dahi lalu melihat sekeliling kemudian menepuk jidatnya.
"Stupid! Ini jalan mau ke kampus lo bego!" Kiara merutuki dirinya sendiri.
Ya, memang benar. Ini jalan yang Kiara lewati saat pergi ke kampus. Bedanya komplek itu berada di sebrang kanan. Sementara untuk menuju kampus Kiara hanya tinggal lurus saja tidak jauh dari komplek itu.
Kiara merentangkan tangannya kemudian menyebrang jalan. Menelusuri komplek perumahan mewah dan sepi itu.
Bayangkan kalau Kiara tinggal disini? Lebih besar dari apartemennya. Sebelas dua belas lah sama model rumah Mamanya.
Kiara berhenti di rumah bernomor 34 AB. Rumah dengan gerbang besar dan tertutup. Kiara menekan bel. Sedetik kemudian satpam langsung membuka gerbang rumah dengan remote control.
Gila anjir. Keren banget!
Sekaya-kayanya Mamanya nampaknya pemilik rumah ini jauh lebih kaya.
Keberuntungan berpihak pada Kiara. Kiara tersenyum lebar.
"Cari siapa, non?" tanya satpam dengan alis saling bertaut.
"Oh, saya Kiara, Pak. Mau ketemu dengan Tante Retnosari."
"Oh, Kiara. Pengasuh baru. Tadi Nyonya sudah pesan sama saya. Yaudah mari masuk, Non Geulis." ujar satpam dengan ramah kemudian memberikan jalan untuk Kiara masuk.
Kiara tercengang melihat pekarangan rumah yang begitu luas.
Gila gila gila. Bisa bikin ternak kuda gue disini!
Kiara nyengir lebar. Pekarangan luas di dominasi rerumputan hijau yang membentang bagaikan karpet, dengan di kelilingi pohon dan bunga-bunga berwarna cantik. Kiara mengedarkan pandangan ke sekeliling tidak ada satupun yang ingin dia lewatkan. Benar-benar memanjakan mata. Kiara melangkahkan kaki berjalan menuju pintu rumah ditemani satpam.
"Tunggu disini, Non." satpam kemudian meminta Kiara duduk di kursi teras. Satpam masuk ke dalam rumah untuk memanggil si pemilik rumah.
Kiara benar-benar dibuat takjub dan terheran-heran. Rumah mewah berlantai tiga ini benar-benar seperti surga. Bayangkan jika Kiara tinggal disini? Nyaman dan damai!
KAMU SEDANG MEMBACA
BREATH AWAY (TERBIT!)
Romance(CERITA INI TELAH DI TERBITKAN. INFORMASI ORDER NOVEL SILAKAN DM INSTAGRAM: @shalshaee atau bisa order melalui Shopee) *** Kiara pikir lowongan kerja yang dia temukan di terminal bagaikan malaikat yang bisa menyelamatkannya dari kemiskinan. Bekerj...