Breath Away - 16 -

63.5K 2.6K 144
                                    

"Renn. Bisa lepasin gue? Gue ada ujian hari ini, please?" Kiara memutar bola matanya jenuh. Sejak tadi si Bayi Besar ini terus menempel padanya. Renn memeluk pinggangnya seerat mungkin sampai Kiara susah napas.

Renn menggeleng sambil bergumam tidak jelas dibalik ceruk leher Kiara. Ya, laki-laki itu juga menempelkan kepalanya di leher Kiara. Tidak mengapa jika Renn bermanja-manja seperti ini asal saja jangan sampai Tante Retno tiba-tiba masuk ke kamar dan melihat ini semua. Melihat bagaimana si pengasuh berpelukan mesra dengan anak asuhnya yang duduk di tepi ranjang. Kacau.

"Kiara, pulang jam berapa?"

"Hm... I dont know, tergantung mood dosennya deh kayaknya." Kiara menggeleng sambil memicing. Mengingat memang tidak pastinya jadwal mata kuliah bakalan selesai tepat waktu atau enggak.

Renn tetap tidak mau melepaskan Kiara. Kiara melirik jam tangannya. Waktu terus berjalan. Hadeuh.

Habislah sudah. Kiara gak bakalan lulus-lulus kalau bolos ujian mulu.

Kiara menatap Renn bingung. Kiara menghela napas panjang lalu satu ide gila terlintas di kepalanya. Kiara menyunggingkan senyum selebar-selebarnya sambil menepuk-nepuk punggung Renn, "Gue punya tawaran menarik, mending sekalian aja lo ikut gue ke kampus."

Renn reflek mengangkat kepalanya dan menatap Kiara dengan pandangan tidak yakin. Detik berikutnya kepalanya menggeleng keras.

"No way! gak. Di luar itu bahaya Kiara. Kita bisa mati!"

"Renn Marvin kesayangan gue, oke, kalau lo gak mau ikut. Lepasin gue sekarang, gue mau ngampus." Kiara menempelkan telapak tangannya di kedua pipi Renn.

Renn mengerucutkan bibir. Pilihan yang sulit.

Sebenarnya ada alasan Kiara mengajak Renn ikut dengannya ke kampus, ya agar laki-laki itu keluar dari persembunyiannya. Renn gak boleh cuma terus-terusan berada di kamarnya. Kapan dia bisa sembuh kan?

"Oh iya, kemungkinan gue bakalan hang out sama bestie gue. Jadi, kayaknya gue pulang lama." lanjut Kiara lagi dengan raut wajah songong. Ya sengaja untuk memancing reaksi laki-laki itu.

"Jangan!"

"Lah, kok jangan?" Kiara mengernyitkan dahi, "Gue udah lama gak hang out sama sahabat-sahabat gue."

Renn menatap dalam manik mata Kiara, "Fine. Aku ikut."

Dalam batinnya Kiara bersorak-sorak senang. Pelukan Renn melonggar.

"Oke, kita ganti baju sekarang! Here we go~" Kiara berjalan menuju lemari pakaian Renn. Memilih-milih kemeja yang tergantung di lemari.

Sementara Renn terdiam bisu dengan jantung berdebar-debar. Bukan, bukan karena melihat Kiara yang begitu bersemangat tapi karena dirinya akan berhadapan dengan dunia luar setelah dua tahun lamanya mengurung diri. Mengerikan bukan? Renn bisa membayangkan bagaimana kekacauan dimana-mana akan terlihat oleh matanya dan menghantuinya sepanjang hidup.

"GAK!" Renn menggelengkan kepala keras-keras.

Kiara menoleh saat mendengar nada tinggi keluar dari mulut laki-laki itu. Kiara terdiam sejenak dengan kemeja di tangannya melihat Renn geleng-geleng kepala dengan sorot mata kelamnya.

Kiara mendekati Renn lalu menarik laki-laki itu dalam pelukannya.

"Lo harus berani, Renn. Lo mau sembuh kan? Dunia luar itu gak seburuk apa yang lo bayangin. Ayo ikut gue, biar gue tunjukin sama lo seindah apa dunia luar itu, oke?" Kiara mengusap rambut Renn lembut.
Kedua manik mata mereka saling bertemu. Dengan senyum tulus dan tatapan sayang Kiara mencoba meyakinkan Renn.

BREATH AWAY (TERBIT!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang