Briyan juga menatap sosok yang berdiri di hadapannya. Dia teringat akan sesuatu raut wajahnya mendadak berubah. Alisnya saling bertaut tidak percaya. Dia memang tidak kenal siapa orang itu, yang tiba-tiba memukulnya. Tapi Briyan tahu orang itu yang membunuh sepupunya dua tahun yang lalu. Ingatan Briyan masih tajam saat dimana seseorang menunjukkan foto siapa yang membunuh sepupunya. Tidak salah lagi.
Dua tahun lamanya Briyan mencari keberadaan orang itu yang seolah hilang tanpa jejak, kini dia tepat berdiri di hadapan Briyan dengan kaki tangan yang masih lengkap. Briyan menatapnya tajam dengan tangan mengepal geram.
Begitu juga dengan Renn, dia menatap Briyan tajam dengan tangan yang mengepal kuat. Kalau sudah menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan 'Kiara' Renn tidak akan memberi ampun.
Kedua laki-laki yang tidak saling kenal itu sama-sama maju membawa dendam masing-masing. Saling bergulat meninju melukai sana-sini. Sementara teman-teman Briyan tidak ada yang berani mencoba melerai. Terlalu takut untuk melerai perkelahian bengis itu.
"Jangan coba-coba sentuh Kiara! Atau lo bakalan mati!" Renn yang emosinya sudah tidak terkendali kembali melayangkan tinju di rahang Briyan. Briyan tidak akan tinggal diam dia juga mencoba bertahan dan melayangkan tinju mentah ke wajah Renn.
"Lo yang bakalan mati bangsat! Dua tahun gue nyari lo. Haha, bagus. Akhirnya lo sendiri yang muncul di hadapan gue. Gue gak akan lupa sama muka lo!" Briyan yang emosinya tidak kalah tersulut menarik kerah kemeja Renn saat laki-laki itu terdiam lengah sedang mencerna maksud kalimat Briyan. Briyan melayangkan tinjunya lagi. Renn hampir jatuh ke tanah.
Renn menyeringai sambil memegang sudut bibir dan ujung pelipisnya yang berdarah. Renn berdiri lagi semakin tidak terkendali. Tangannya mengepal begitu kuat sampai guratan-guratan tangan itu kelihatan. Rahangnya mengeras. Tidak tanggung-tanggung Renn memberikan tinju bertubi-tubi membuat Briyan kewalahan.
Salah satu teman Briyan berlari keluar basement mencoba memanggil orang-orang agar perkelahian gila ini berhenti, kalau tidak bisa jadi akan ada korban mati disini.
Renn menyudutkan Briyan di badan mobil. Briyan tidak bisa melawan lagi. Tenaganya mulai terkuras habis. Beruntung Renn tidak menyerangnya dengan tinju lagi.
Kini wajah tampan kedua laki-laki itu entah sudah bagaimana bentuknya. Lebam dimana-mana disertai juga darah segar yang mengalir.
"Menjauh dari Kiara, atau saya bakalan bunuh kamu disini!"
Briyan terkekeh pelan.
"Apa hubungannya lo sama Kiara. Memangnya lo kenal Kiara?"
Renn menggeram, "Saya sama Kiara lebih dari yang kamu tau! Jangan pernah berurusan sama saya!"
Briyan terkekeh lagi.
"Haha, gue gak perduli. Kalau gue mau, gue bisa melakukan hal yang sama seperti hal yang lo lakukan ke Fiona."
Renn terkejut. Ekspresi wajahnya berubah. Tangan-tangannya yang tadi mengepal kuat mulai melonggar. Fiona. Ah.. Nama itu. Renn melihat sekitarnya dimana tiba-tiba banyak orang berlari-lari memasuki basemant.
"Kenapa lo? Kaget? Gue yang berdiri di depan lo ini sepupunya Fiona! Dua tahun gue mendam dendam sama orang yang ngebunuh Fiona! Dua tahun gue nyari keberadaan lo!"
Renn mendadak diam. Kepalanya tiba-tiba diserang nyeri yang begitu hebat. Renn memegang Kepalanya. Tidak tau kenapa pandangannya terasa berguncang dan berkunang. Renn terkesiap saat tempat ini tiba-tiba sudah di kerumuni orang-orang. Sial!
Di sisi lain Kiara dan dua sahabatnya, Ellen-Flowy sedang berjalan di koridor sambil menggosip heboh. Sampai akhirnya salah satu dari mereka menyadari ada yang tidak beres.
KAMU SEDANG MEMBACA
BREATH AWAY (TERBIT!)
Romance(CERITA INI TELAH DI TERBITKAN. INFORMASI ORDER NOVEL SILAKAN DM INSTAGRAM: @shalshaee atau bisa order melalui Shopee) *** Kiara pikir lowongan kerja yang dia temukan di terminal bagaikan malaikat yang bisa menyelamatkannya dari kemiskinan. Bekerj...