Kiara spontan terbangun ketika suara getaran ponselnya menggema di dalam kamar Renn yang sunyi. Kiara memanjangkan tangannya meraih ponselnya.
Kiara beranjak duduk dengan bersusah payah karena Renn yang masih tertidur disamping Kiara memeluknya. Dengan gerakan pelan dan tidak mau membangunkan cowok itu Kiara menggeser tangan itu sedikit.
Kiara menekan tombol hijau pada ponselnya yang terus meraung-raung sejak tadi. Panggilan masuk dari Tante Retnosari. Mata Kiara sedikit membulat.
"Ha-halo, Tante." sapa Kiara dengan suara gugup.
"Pagi, Kiara. Bagaimana keadaan kamu? Renn bersikap baik ke kamu kan?"
Kiara melirik Renn yang masih terlelap disebelahnya, "Baik, Tante. Renn baik kok."
Jinak-jinak susah, Tante. Huft.
"Syukurlah. Kalau begitu apa dia sudah bangun?"
"Belum, Tante."
"Kiara, Tante menaruh harapan besar ke kamu. Tolong jagain Renn sepenuh hati ya seperti anak kamu sendiri."
Seperti anak sendiri apanya! Ngaco nih Tante Retno. Renn itu bukan anak-anak! Dia cowok dewasa yang berhasil buat Kiara pasrah saat di—
Kiara buru-buru membuyarkan lamunannya kemudian mengangguk sambil melirik Renn lagi, "Iya, Tante. Kiara pasti jagaian Renn."
Retnosari kemudian menyudahi obrolan singkat itu dan mematikan sambungan teleponnya. Kiara meletakkan kembali ponselnya ke atas nakas yang ada disamping ranjang.
Kiara menghela napas dipandanginya kamar Renn yang berantakan, pakaian mereka berdua mencuat sana-sini di lantai. Kiara melihat tubuh telanjangnya sekilas dari balik selimut putih tebal itu.
Apa yang mereka lakukan tadi malam? Sungguh sulit di percaya. Dan kini Kiara meringis harus menahan nyeri di bagian sensitifnya.
Kiara menatap Renn dengan mata memicing. Lo bayangin gue di gempur abis abisan tadi malem dengan goyangan 9,9 skala richter! Anjir!
Namun detik kemudian raut wajah Kiara berubah sedih. Iya, sedih. Sedih karena Kiara tidak mungkin bekerja disini selamanya. Jika Mamanya itu sudah melihat Kiara berkelakuan baik pasti fasilitas Kiara akan dikembalikan dan Kiara akan kembali ke hidupnya yang dulu. Tanpa Renn Marvin.
Kiara juga tidak yakin cowok psiko macam Renn benar-benar jatuh cinta padanya. Sulit bukan mempercayai ucapan orang yang gangguan mental?
Jangankan yang sakit kayak Renn. Yang sehat walafiat dari ujung pala sampe kaki kadang banyak ngibul!
Renn mengerang pelan lalu mengerjapkan matanya. Perlahan mata kecoklatan itu membuka. Renn menarik senyum di bibirnya saat melihat Kiara sudah duluan bangun.
"Selamat pagi, Kiara."
Kiara balas tersenyum lalu membelai lembut rambut berantakan cowok itu, "Pagi juga. Bangun, yuk. Gue buatin sarapan ya,"
Kiara beranjak dari kasur. Kiara melilitkan selimut itu di tubuhnya. Jujur saja jika tidak dalam mode sedang bergairah Kiara malu telanjang di depan cowok ini. Meskipun dengan tidak tahu dirinya mereka sudah having sex6 tanpa sehelai benang pun tadi malam dan tanpa pengaman apapun. Tolong digaris bawahi! Ah, Kiara buru-buru melenyapkan pikirannya tentang permainan 'Kuda-Kudaan' tadi malam.
Kiara meringis pelan ketika rasa nyeri dibagian sensitifnya itu terasa lagi.
Untungnya posisi Kiara membelakangi Renn, coba kalau berhadapan bisa merah padam muka Kiara diliatin Renn lagi nahan nyeri akibat ulah cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BREATH AWAY (TERBIT!)
Romance(CERITA INI TELAH DI TERBITKAN. INFORMASI ORDER NOVEL SILAKAN DM INSTAGRAM: @shalshaee atau bisa order melalui Shopee) *** Kiara pikir lowongan kerja yang dia temukan di terminal bagaikan malaikat yang bisa menyelamatkannya dari kemiskinan. Bekerj...