"Hah? Apa mbak!? Saya gak punya akses disini lagi?" Suara Kiara pecah dan mencuri beberapa perhatian orang-orang yang berlalu lalang di gedung apartemen.
"Apartemen bernomor 122 FE aksesnya dikembalikan atas nama Ibu Tamara dan sandi apartemen juga sudah diganti oleh Ibu Tamara."
Kiara memandangi card apartemennya. Percuma. Ini tidak lagi berguna. Sekarang dia benar-benar kesal dengan Mamanya.
"Kalau gitu telepon Mama saya. Saya mau ambil baju-baju saya di dalam." Lanjut Kiara sewot.
Resepsionis apartemen tersenyum mengangguk langsung menelepon Tamara pada saat itu juga.
"Selamat sore Ibu Tamara. Saya-"
"Halo, Mama. Ini Kiara."
Belum lagi selesai resepsionis memberi salam ramah, Kiara langsung menyambar gagang telepon itu kemudian berbicara pada Mamanya.
"What the hell mom! Seriously??? Mama beneran sita apartemen aku?"
"Darling, Mama udah bilang sama kamu kalau Mama gak main-main sama hal ini."
SHIT.
"Semua pakaian Kiara beserta alat-alat mandi dan skincare Kiara mau ikut Mama sita juga?!"
"Sweatheart dengerin Mama, ini semua demi kebaikan kamu. Mama khawatir akan masa depan kamu kalau kamu benar-benar gak mau berubah."
Kiara sedang tidak berselera mendengar ceramah Mama sore ini.
"Biarin Kiara masuk ke apartemen. Kiara mau ambil barang-barang Kiara. Kalau ini mau Mama, oke fine biar Kiara jadi gembel di jalanan." Balas Kiara kesal.
Di tempat lain, Tamara menghela napas. Hatinya berkata bahwa apa yang dia lakukan berlebihan untuk menghukum Kiara. Namun logikanya menyela jika dia tidak berbuat seperti ini maka putri semata wayangnya itu tidak akan jera dan tidak akan pernah berubah. Tamara begitu cemas dan khawatir bagaimana kelak nasib Kiara bila dia terus berkelakuan buruk seperti ini seandainya Tamara tidak panjang umur.
"Ma!?"
"Kembalikan teleponnya sama resepsionis. Mama mau bicara sama dia."
Kiara menyerahkan gagang telepon itu kepada mbak-mbak resepsionisnya.
Enggan mendengarkan pembicaraan mereka. Kiara mengeluarkan ponselnya. Ada pesan masuk Whatsapp dari seseorang.
Briyan : Hai, Kia. Lo sibuk gak? Clubbing ntar malem? Gue jemput.
Kiara memutar bola matanya. Lelaki Kardus itu tidak henti-hentinya mencoba mendekati Kiara. Padahal jelas-jelas Kiara tidak memberikan lampu hijau padanya.
Yap, Briyan Caleo. Cowok tajir di kampus. Lumayan ganteng lah. Playboy kelas kakap.
Cih, mana mungkin gue bisa keperangkap sama tipu daya pesona lo.
Kiara : Sorry gue sibuk.
Lalu Kiara menekan tombol send.
"Permisi nona Kiara, Ibu Tamara mau berbicara sama nona Kiara." Resepsionis menyerahkan gagang telepon dengan ramah. Kiara menyambarnya dengan sewot.
"Setelah kamu uda ambil barang-barang kamu. Kamu pulang kerumah dan tinggal aja disini."
"Gak bakalan, Ma! Biarin Kiara jadi gembel sekalian."
TAP!
Kiara menutup teleponnya. Masih dengan wajah kesalnya. Menatap mbak resepsionis dengan tajam seakan mengatakan 'Cepetan ayo ke unit gue! Gue mau ambil barang-barang gue!'
KAMU SEDANG MEMBACA
BREATH AWAY (TERBIT!)
Romance(CERITA INI TELAH DI TERBITKAN. INFORMASI ORDER NOVEL SILAKAN DM INSTAGRAM: @shalshaee atau bisa order melalui Shopee) *** Kiara pikir lowongan kerja yang dia temukan di terminal bagaikan malaikat yang bisa menyelamatkannya dari kemiskinan. Bekerj...