"Saya terima nikahnya Aradina twisnatya bin Rakrarya dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."
"Sah?"
"Sah."
Suara bahagia terdengar begitu ceria kala kata sah di ucapkan. Namun tidak dengan kedua pasangan pengantin yang menikah itu. Bukan, bukan menikah, lebih tepatnya di nikahkan.
Acara yang tidak digelar mewah, hanya sederhana dan di hadiri oleh keluarga saja itu bukanlah dari kalangan bawah, namun dari kalangan atas.
"Lo ngapain cemberut gitu?" tanya Dito yang sekarang resmi menjadi suaminya.
Ara mendengus, "Emang lo nggak? Gimana nasib kita kedepannya kalau kayak gini?"
"Ya jalanin aja, dari pada durhaka."
"Ntar kalau orang tua kita sudah nggak ada-"
"Heh mulut lo!"
"Astagaaa, gimana pacar gue nantinya kalau tahu. Gimana kalau kita cerai?"
"Gue nggak mau, gue udah janji sama tuhan. Emang cuma lo yang punya pacar? Gue juga, dia pasti kecewa banget."
"Nah lo tau, ngapain kemaren nggak kabur aja?"
"Gue bilang, gue nggak mau durhaka."
"Dasar lo ya, tampang lo aja nyeremin, udah persis badboy tapi penakut." ujar Ara lalu mengangkat gaunnya yang seperti alat untuk pembersih debu itu, sekarang ia menjauhi kerumunan orang yang masih menikmati makanan yang di hidangkan.
Sungguh otak Ara ingin meledak sekarang. Perjodohan boleh, tapi tidak untuk pernikahan sekarang ini. Ia masih SMA begitu pula Dito.
Setelah selesai makan-makan dan apalah itu. Ia dan Dito digiring ke sebuah rumah mewah yang kalau di tempati berdua terasa hampa.
"Ini rumah kalian," ucap Rakra Papa Ara.
Enak sekali kan, masih muda tapi sudah punya rumah sendiri. Ah bukan itu saja, di dalam rumah mewah itu hanya ada satu kamar saja.
"Kita berdua Pah?" tanya Dito.
"Iya ini rumah kalian, dan di garasi sudah ada mobil dan motor. Di dalam rumah juga sudah lengkap tanpa asisten rumah tangga,"
"Lalu yang masak dan bersih-bersih siapa Pah?" Ara mengambil alih pembicaraan.
"Kamu atau kalian berdua,"
"Astaga, nikah ya nikah tapi gak usah nyiksa!" kesal Ara lalu langsung masuk kedalam rumahnya.
"Ingat ya, kalian nggak boleh melakukan hal hal aneh sebelum Ara dan kamu lulus sekolah! Tapi tenang, kalian bakal tidur berdua," ujar Nisa Bunda Dito.
Dito mengangguk malas, siapa juga yang mau melakukan itu? Pikirnya hidupnya serasa sempit sekarang.
"Eh kalian semua mau kemana?" tanya Dito melihat orang tuanya dan orang tua Ara meninggalkan pekarangan tanpa masuk dulu kerumahnya.
"Ya mau pulang lah Dito," jawab Nisa.
"Baju aku Bun?"
"Semua baju dan apapun yang berhubungan dengan kalian sudah ayah pindah kesini semua, masuk aja kalau mau lihat. Ingat, jangan melakukan hal-hal aneh sebelum waktunya," peringat Putra ayah Dito disertai kekehan mereka.
Dan sekarang bukan hanya Ara yang pusing, tapi Dito juga. Anak sekolah, di tinggalkan di rumah besar, berdua, tanpa asisten rumah tangga. Bagaimana kehidupannya nanti? Entahlah dipikir sambil tidur saja pikirnya.
Setelah selesai mengganti pakaiannya dengan pakaian santai, Ara sekarang sedang membuka kulkas untuk mencari makanan. Ada banyak, tapi sayangnya bukan makanan siap makan atau tinggal masak seperti indomie. Melainkan makanan mentah , masak? Gud sekali, bahkan ia menginjak dapur aja jarang.
"Delivery order!" ucapnya semangat, ia mengambil handphonenya, "tapi, uangnya siapa? Kan uang gue di rumah semua. Masak minta Dito? Gengsi dong, la terus kalau nggak ada uang masa harus biarin perut gue bunyi terus,"
Frustasi? Banget, ia melangkah untuk mencari kunci mobil tapi tidak kunjung ia temukan. Mau telepon Satya pacarnya, nggak mungkin lah. Nanti bisa-bisa dia tahu kalau ia menikah sama Dito.
"Lo ngapain mondar mandir gak jelas kayak gitu?" tanya Dito yang sekarang berdiri di tangga.
"Gue laper," jawab Ara ketus.
"Laper ya makan lah, mondar mandir emang bikin kenyang?"
"Gak ada makanan,"
"Kata siapa?" tanya Dito sambil melangkah menuju dapur.
Beberapa menit ia keluar dari dapur dengan segelas air putih di tangan kirinya. "Lo buta ya?"
"Maksud lo apa?"
"Makanan di kulkas banyak kayak gitu bilang gak ada!"
"Mana bisa di makan orang belum matang!"
"Ya di masak dulu lah, jangan bilang lo gak bisa masak?"
"Iya emang, kenapa? Mau cerai? Ayo sekarang,"
"Lo bilang cerai lagi, lo bakal tahu akibatnya,"
Astaga sekarang berani sekali dia mengancam, "Lo tuh maunya apa?"
"Gue mau lo belajar jadi istri! Sana cari di google gimana caranya jadi istri yang baik, yang bener. Dan semua fasilitas sama uang, gue yang pegang, jadi lo harus nurut sama gue!"
"Tuhan kenapa kau biarkan aku nikah sama orang yang banyak tuntutan," ucap Ara miris.
"Heh, seharusnya lo bersyukur nikah sama gue,"
"Gue benci,"
"Benci apa?" tanya Dito datar
"BENCI KARENA GUE NIKAH SMA, LO BEGO ATAU GIMANA SIH? LO ENAK UDAH KELAS TIGA BENTAR LAGI LULUS, NAH GUE? GUE MASIH KELAS DUA! DAN LO APA NGGAK MIKIR SYARAT BUAT SEKOLAH ITU BELUM MENIKAH, LAH INI GUE? GAK GUNA!" ucap Ara frustasi.
"Itu urusan lo," jawab Dito, kemudian ia berjalan meninggalkan Ara, "dan sekarang dari pada lo emosi gak jelas mending ikut gue masak. Sekarang gue yang masak, tapi besok harus lo!" lanjutnya.
"Dasar laki-laki gak punya hati!" gerutunya.
Sekarang Ara duduk di meja makan menghadap Dito yang sedang memasak nasi goreng yang entah gimana caranya tentunya Ara tidak tahu.
"Heh lo cewek ogeb, enak banget duduk di situ. Bantuin kek, apa lihat gimana cara masaknya,"
"Ogah," jawabnya singkat lalu merogoh benda pipih di dalam saku celananya dan langsung membuka game hago kesukaanya.
"Yes menang," cicitnya, Dito yang mendengarnya memutar bola matanya jengah.
"Ah dasar bego, ngapain sih ngeluarin domba gede banget. Lah kan kesundul gue, lah lah. Ah, dasar bangsat nih orang, ganti lain ah." gerutu Ara, "Eh eh eh," lanjutnya karena tiba-tiba handphone nya di ambil paksa oleh Dito.
"Makan udah mateng, main mulu, gue sita baru tau rasa!"
"Balikin nggak?"
"Gue, Dito Exsi Putra Previous berhak atas apa yang lo lakuin, kegiatan lo setiap hari, pokok semuanya yang melekat sama lo! Dan jika lo protes, lo nggak bisa dapat semua fasilitas ataupun uang! Dan juga gue bakal lapor ke orang tua lo kalau lo nggak mau di atur. Karena mereka udah nyerahin lo ke gue, jadi lo harus jadi lebih baik dari sebelumnya!"
Ara menganga, "Lo ngedongeng ya? Gue belum makan nih, tapi udah ngantuk,"
"Oke kalau lo nggak mau di atur," peringat Dito lalu melenggang pergi dari hadapan Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Ketos
Teen FictionUsahakan follow akun author sebelum membaca:) •Aradina Twisnatya• Sekarang aku tahu, Cinta itu tumbuh karena terbiasa bersama, bukan karena terpaksa. •Dito Exsi Putra Previous• Ingat Sayang, Yang terpaksa bukan tidak mungkin untuk tetap bersama. Ha...