Suasana pagi hari ini sangat mencekam bagi anak jurusan Pariwisata di sekolah Smk Cakrawala.
Tanpa ada pemberitahuan. Bahkan ancang-ancang. Ibu guru produktif memberitahukan bahwa hari ini akan di adakan ujian untuk mengisi tugas akhir.
Padahal bu guru itu jarang masuk ke kelas mereka. Sekali masuk, bikin muridnya mobal.
"Sst, ssst, ssttt,"
"Gue yang kloter dua aja kayak gini. Gimana tadi yang kloter satu. Paling udah ngawur jawabnya," gerutu seorang siswa yang sepertinya daya pikirnya sudah tidak mampu untuk bekerja lagi.
"Masya allah. Bu Nana bikin otak gue mendidih,"
"Wah nyesel gue gak nyatet waktu bu Nana keluar kota,"
"Gak pernah masuk kelas. Sekali masuk ujian,"
"Nomer sepuluh woy? Sstt,"
"Nomor empat puluh,"
"Ssttt, ssst,"
Suara bisikan dan desas-desis orang kebingungan itu mulai bernyanyi bersama kala seorang guru produktif mengingatkan waktu ujian akan segera habis.
"Woy Ra, budek ya lo! Nomer dua puluh satu apa?" panggil Friday lirih yang kebetulan satu kloter dan duduknya dekat dengan Ara.
"Dua puluh satu itu lo!" jawabnya, lalu menoleh ke arah sumber suara lainnya yang memanggilnya.
"Ra bangsat lo! Jawaban woy cepet!"
"A!" jawabnya cepat.
"Tiga menit lagi, jawaban di kumpulkan." ucap Ibu guru tersebut.
"Ra sepuluh?"
"C,"
"Sst, sttt, Ra, tiga puluh lima apa?"
"D,"
"Eh dua apa Ra?"
"C,"
"Ra du-"
"Apaan sih lo! Nyontek banyak amat. Gak belajar ya lo? Dasar Adigung!" ketusnya kepada Adi teman sekelasnya, lalu ia tidak menghiraukan panggilan teman-temannya kembali. Bisa-bisa kepala Ara sakit kalau harus menoleh diam-diam secara terus menerus.
Ya seperti inilah kehidupan.
-
"Eh nanti mau nonton gak lo semua?" tanya Indri yang sekarang mereka duduk di kantin karena ujian dadakan itu sudah selesai.
"Hayuk," jawab Friday, "Lo ikut gak?" tambahnya bertanya pada Ara.
"Nggak ah, gue nanti di jemput Dito,"
"Ya elah yang udah baikan lagi. Mau kesana-kesini males. Maunya berduaan mulu,"
"Makanya lo nikah aja,"
"Yang di ajak nikah belum ada tolol!"
"Ya itu derita lo bego,"
"Eh lo berdua banyak bacot deh," ucap Indri melerai mereka berdua.
"Diam lo jomblo karatan," ejek Friday.
"Eh lo juga kali. Dasar segawon!"
"Eh lo berdua sama-sama jomblo. Baikan sana biar jodohnya datangnya bareng-bareng," lerai Ara.
"Dahlah. Jodoh mah bakal datang sendiri," ujar Indri.
"Ikut gue," tiba-tiba seseorang itu datang dan langsung menarik tangan Ara.
"Apaan sih," Ara menolak ajakan tersebut dan melepaskan cekalannya.
"Gue cuma mau ngomong bentar sama lo!" ucap Satya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Ketos
Teen FictionUsahakan follow akun author sebelum membaca:) •Aradina Twisnatya• Sekarang aku tahu, Cinta itu tumbuh karena terbiasa bersama, bukan karena terpaksa. •Dito Exsi Putra Previous• Ingat Sayang, Yang terpaksa bukan tidak mungkin untuk tetap bersama. Ha...