"Padahal cuma rebut ponselnya aja, tapi dia malah bentak gue. Dasar cowok bangsat, sukanya bentak anak orang, gak ngasih uang jajan pula, cuma-"
"Cuma apa?" tanya Dito dengan wajah datar ketika mendengar Ara menggerutu kesal.
"Ngapain lo kesini,"
"Maaf udah bentak lo, sama nga-"
"Udah biasa," ucap Ara lalu pergi melewati Dito.
👣
Hari sudah pagi, setelah kemarin bertengkar mereka memilih diam. Bukan mereka, tapi Ara yang menghindar setiap Dito menghampirinya. Bahkan ia kembali tidur di sofa tanpa selimut dan bangun dengan selimut. Siapa lagi kalau bukan Dito yang kasih ia selimut.Pagi ini masih sama, diam tanpa kata. Ara akan berangkat sekolah dengan jalan kaki tanpa uang, mungkin ia akan menyuruh temannya untuk menjeputnya. Ia melihat Dito sedang berdiri di ambang pintu dengan tangan di masukkan di kedua kantong celananya, godboy banget.
Ara melewati Dito begitu saja, namun saat di depannya--
Srakk
Astaga Ara ditarik oleh Dito, punggungnya menyandar ditembok dan di kuncinya ia dengan kedua tangan Dito. Jarak wajahnya sangat dekat bahkan Ara bisa merasakan hembusan nafas Dito.
Diam.
"Berangkat sekolah bareng gue," ucap Dito menarik tangan Ara menuju mobil.
Ara meronta. Berusaha melepaskan cekalan Dito. Rasanya ia harus berusaha kabur dari seseorang penculik.
"Lepas,"
"Apaan sih lo! Lepas gak."
"Gue gak mau bareng sama lo!"
Dito tetap menarik Ara. Hingga mendorong Ara masuk ke dalam mobil, dan cepat-cepat ikut masuk lalu mengunci pintu mobil.
Dimana-mana, tenaga cowok lebih kuat daripada cewek.
"Nanti pulang jam berapa?" tanya Dito dengan pandangan kedepan karena sedang menyetir.
Mereka berdua berbeda sekolah, jadi jam pulang sekolah Dito dan Ara tidak sama apalagi Dito sudah kelas 12 jadi pulangnya lebih duluan dari adik kelasnya.
Ara diam tidak menjawab pertanyaan Dito. Dan enggan menatap ke arah Dito.
"Gue minta maaf, dan sekarang gue tanya nanti pulang jam berapa?" tanyanya berusaha untuk sabar.
Ara diam lagi dan malah menatap ke luar jendela. "Kalau di ajak bicara itu jawab!" ucapnya dengan nada sedikit ditinggikan.
Ara yang merasa nada suara Dito berubah menjadi tinggi seketika menoleh kearah Dito sedangkan Dito menghela nafas.
"Baru beberapa menit minta maaf, udah bentak-bentak," sindir Ara menghadap keluar jendela kembali.
"Araaaaa, nanti pulang jam berapa?" tanyanya sekali lagi dengan suara yang di manis-maniskan.
"Egois!"
"Ara!"
"Gue nanti mau belajar kelompok, biar pulang di antar temen gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Ketos
Teen FictionUsahakan follow akun author sebelum membaca:) •Aradina Twisnatya• Sekarang aku tahu, Cinta itu tumbuh karena terbiasa bersama, bukan karena terpaksa. •Dito Exsi Putra Previous• Ingat Sayang, Yang terpaksa bukan tidak mungkin untuk tetap bersama. Ha...