Sahutan kicauan burung mulai terdengar. Cahaya ilahi mulai menyusup ke mata sepasang anak muda yang sedang berpelukan di ranjang yang besar.
Cahaya cemerlang itu mereka abaikan. Tapi, suara nyaring khas yang mereka kenal tidak bisa di tinggalkan.
"Hello boy girl, waktunya sekolah. Jangan enakin tidurnya," teriak Nisa Bunda Dito sembari membuka gorden kamar mereka.
"Heumm." Ara menggeliat. Merasa dirinya sesak karena di dekap oleh seseorang.
Dito? Dia malah menambah kekuatan pelukannya.
"Eh malah pelukan makin erat," beo Nisa. Ia berkacak pinggang melihat anak dan menantunya itu.
"Aaww awww," suara kesakitan itu terpaksa membuat Dito dan Ara bangun secara cepat.
"BUNDA," pekik mereka berdua kaget melihat Nisa berkacak pinggang di pinggir ranjang.
"Apa? Kayak lihat hantu aja. Apa saking enaknya tidur berdua sambil pelukan ya?" ucapnya sambil menggelengkan kepalanya lalu meninggalkan kedua insan yang kesadarannya belum sepenuhnya terkumpul.
"Jangan buat cucu!" peringatnya menyeringai sebelum menutup pintu.
Mereka saling pandang. "Kok Bunda ada di sini? Kok bisa? Gimana? Dari kapan?" tanya Ara kepada Dito.
"Mana gue tahu, kan gue tidur!" jawabnya santai.
"Sana mandi duluan, biasanya Bunda pagi-pagi gini bikin sarapan. Setelah mandi cepet-cepet bantuin," tambahnya.
"Gak mau, masih ngantuk!" jawab Ara lalu ia menarik selimut yang melorot ke bawah.
"Hidup lo aja malas. Gini kok minta nambah uang saku!" tukas Dito lalu ia berdiri untuk pergi ke kamar mandi.
Sedangkan Ara yang melihat Dito akan masuk ke kamar mandi langsung bangun dan mendahului Dito.
Brak
"Astagfirullah," sebut Dito karena Ara menutup pintu tiba-tiba.
👣
"Anterin ya nanti," pinta Ara kepada Indri dan Friday.
"Siap!" jawab mereka.
"Eh Ra, nanti kalau lo di marahin sama Dito gimana?" tanya Indri.
"Enggaklah, dia juga nggak bakal tahu,"
"Yaudah deh terserah,"
Mereka sekarang berada di kantin. Bertiga. Iya bertiga! Biasanya sama Satya, tapi..
Ah, sudahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Ketos
JugendliteraturUsahakan follow akun author sebelum membaca:) •Aradina Twisnatya• Sekarang aku tahu, Cinta itu tumbuh karena terbiasa bersama, bukan karena terpaksa. •Dito Exsi Putra Previous• Ingat Sayang, Yang terpaksa bukan tidak mungkin untuk tetap bersama. Ha...