Matanya mengawasi semua orang yang berdiri berjajar di sekitarnya.
Tidak buram.
Tidak buriq.
Jelas.
"Ditooo,"
Greb
"Ara ini lo kan?" ucap Dito dengan suara bergetar.
Ara yang mendapat serangan tiba-tiba terhuyung namun segera Dito tahan.
Dito melepas pelukannya lalu menangkup kedua pipi Ara, "Ada yang sakit? Mana? Sebelah mana?"
Ara mengernyitkan dahinya, "Apaan sih lo!" ujarnya ketus.
Memang dia tidak tahu apa yang terjadi. Andai dia tahu, Dito kesetanan karena apa!
Tapi matanya menemukan kejanggalan di area wajah Dito.
"Dito lo nangis?" ucapnya mengulurkan tangannya untuk mengusap air mata di sudut mata Dito.
Baru kali ini ia melihat seorang laki-laki menangis selain di sinetron atau film-film bioskop.
Dito tersenyum lalu satu tangannya menggenggam tangan Ara yang masih berada di pipinya.
"Itu siapa?" tanya Dito datar kepada salah satu polisi sembari menunjuk seorang mayat yang terbaring lemah dan terlihat mengenaskan.
"Emang siapa?" Ara maju. Membuka selimut putih yang menutupi sesuatu lonjong nan panjang.
Makhluk Tuhan memang memiliki tingkat kepintaran berbeda-beda ya?
"DITOO. INI HANTUU!" Ara langsung duduk memeluk lututnya dan berteriak setelah melihat apa yang dia buka tadi.
Emangnya dia gak tahu yang di masuki ini ruang apa?
"Pak. Bisa jelasin? Ini teman saya disini!" Dito membantu Ara untuk segera berdiri dan memeluk nya dari samping. Mengusap pelan pundak Ara agar si empunya bisa tenang.
Teman?
Ya sudah!
"Kenapa harus di kamar mayat sih!" lirih Ara. Ia tidak menyingkirkan telapak tangannya dari depan wajahnya.
"Maaf Pak, ternyata jasad itu bukan saudari Aradina. Dari tadi saya memanggil bapak untuk memberitahu hal ini. Adik ini lah yang bernama Ara. Dia tadi menelpon di ponselnya, dan juga ia menjelaskan bahwa tasnya tadi pagi di rampok." ujar salah satu polisi berusaha menjelaskan kepada teman polisi lainnya.
"Mas. Maaf kan kami atas kesalahpahaman ini." ujarnya meminta maaf kepada Dito.
"Jadi, ini gimana?" tanya Dito.
Nafas Ara belum sepenuhnya lancar.
Ya, bagaimana tidak kaget jika melihat seseorang yang terbungkus kain kafan dengan jarak yang sangat dekat pula!
"Terbukti jelas dari foto yang di tunjukkan oleh saudari Ara. Dari foto di ponselnya dengan wajahnya sama persis. Jadi, sekali lagi kami minta maaf yang sebesar-besarnya. Kalian bisa membawa tas ini pulang,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Ketos
Teen FictionUsahakan follow akun author sebelum membaca:) •Aradina Twisnatya• Sekarang aku tahu, Cinta itu tumbuh karena terbiasa bersama, bukan karena terpaksa. •Dito Exsi Putra Previous• Ingat Sayang, Yang terpaksa bukan tidak mungkin untuk tetap bersama. Ha...