Wajah tegas, dingin, datar dan cuek masih tetap ada dan tersedia pada Dito, berharap semoga ada yang ingin membeli sifat itu tapi tidak orangnya.
Ara sekarang sedang berada di sebuah taman, sekolahnya pulang pagi jadi ia habiskan sisa waktu sekolah untuk ke taman tersebut dengan sahabat gilanya.
"Ih so sweet," ucap Friday tiba-tiba.
Ara dan Indri mengikuti arah pandang Friday, "Andai Dito meluk gue kayak gitu," batin Ara.
"Anjirr, cowoknya balas pelukan si cewek. Paling tuh mereka baru berantem," tambahnya.
Ara menatap seorang laki-laki ituyang sedang berpelukan. Masih anak sekolah. Pikirnya. Karena dari celana dan rok mereka berawarna abu-abu. Tapi, "Jaket itu," ucap Ara.
"Jaket itu kenapa?" tanya Friday.
"Jaket laki-laki itu sama kayak punya Dito," jawab Ara.
"Emang cuma Dito yang punya jaket i-"
Indri tidak melanjutkan ucapannya dan fokus kepada lelaki tersebut yang mengurai pelukan, kaget! Satu kata yang bisa di gambarkan untuk ekspresi Indri dan Friday, sedangkan ekspresi Ara berubah sedih setelah mengetahui wajah lelaki tersebut yang sangat tidak asing bagi mereka.
"Ra," panggil Indri.
"Gue bilang apa," jawabnya lesu.
"Ra, lo mending tanya aja dulu. Samperin sana," suruh Friday
Ara terdiam sejenak, "Lo sekarang tahu kan, dia gak pernah bisa sayang sama gue. Lagian dulu gue sama dia udah janji, kalau dia punya pacar sih terserah,"
"Siapa sih cewek itu. Mau gue ajak baku hantam di sini," geram Indri.
Mereka melihat Dito berjalan berdampingan dengan cewek tersebut.
"Viva,"
"Bedak ?" sahut Friday.
"Dia ternyata Viva. Teman sekelas, satu organisasi osis juga sama dia,"
"Lo kenal?"
"Enggak. Dia pernah main ke rumah, dan gue kadang juga lihat Dito sering chatingan sama si Viva itu."
"Beneran?"
"Ngapain sih gue bohong," ucapnya. Lalu ia fokus dengan ponselnya. Daripada ia melihat mereka berdua, mending fokus ke yang lain aja.
Memang yang berpelukan tadi adalah Dito. Sakit banget pastinya hati Ara sekarang. Kenapa ia bisa terjebak dalam perasaan yang tidak terbalaskan?
Dia kira. Dito juga mempunyai perasaan yang sama, ternyata hanya sekedar perlakuan saja.
"Ya sudah. Ayo kita pulang," ajak Friday.
"Gue nginep ke rumah lo aja ya Fid,"
"Tapi-"
Indri memotong ucapan Friday, "Iya lo nginep di rumah Friday aja, gue tahu lo butuh waktu sendiri sekarang. Oh ya, kita dapat undangan ke pesta ulang tahun Delima, cewek yang kita kenal waktu lomba dance, gimana kalau kita datang? Gue lupa tadi gak bilangin lo berdua,"
"Boleh," jawab Ara cepat, "Tapi gue pinjem baju lo pada ya,"
"Oke siap. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan buat curhat ke kita. Sebisa mungkin kita bakal selalu ada di samping lo," ujar Indri.
Ara tersenyum, "Makasih wik-wik," lalu ia memeluk ke dua sahabatnya.
Tuhan mempertemukan mereka bertiga dengan alur yang indah. Meskipun mereka sedikit bar-bar. Tapi jika kelewatan salah satu dari mereka selalu mengingatkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Ketos
Teen FictionUsahakan follow akun author sebelum membaca:) •Aradina Twisnatya• Sekarang aku tahu, Cinta itu tumbuh karena terbiasa bersama, bukan karena terpaksa. •Dito Exsi Putra Previous• Ingat Sayang, Yang terpaksa bukan tidak mungkin untuk tetap bersama. Ha...