"Maksud lo apa?" tanya Satya sekali lagi dengan mimik wajah gusar.
"Lo itu baik banget Sat," ucapnya.
Ia ingin sekali pergi dari hadapan Satya. Tapi, jika ia pergi, masalah ini akan semakin rumit.
"Maaf banget, hubungan kita cukup sampai disini aja,"
Satya tersenyum miris, "Lo lagi emosi sama saudara lo itu kan?"
"Gue beneran Sat, ini real."
"Tapi kenapa? Kalau gue ada salah tolong bilang dan maafin gue, gue bakal berubah dan nurutin apa yang lo minta," Satya berdiri memegang kedua pundak Ara.
"Lo gak pernah kayak gini Ra, lo selalu bilang kalau gue punya salah. Tapi kenapa sekarang lo ambil keputusan kayak gitu?"
"Lo nggak ada salah sama sekali Sat, gue cuma-," Ara diam tidak jadi melanjutkan kalimatnya.
"Cuma, cuma apa?" bentak Satya.
Ara kaget. Baru kali ini Satya membentaknya penuh emosi. Sebelum-belumnya ia sering kali melihat Satya marah-marah lebih parah, tapi tidak berpengaruh buat Ara, karena memang Satya tidak marah kepada Ara.
Tapi kali ini?
Apakah Ara terlalu menyakiti Satya? Cinta Satya sangat besar? Lalu bagaimana? Keputusan ini salahkah?
"Gue harus pergi, maaf dan terima kasih,"
Satya menarik tangan kiri Ara. "Gue minta maaf Ra, gue gak bermaksud buat bentak lo," ucapnya, karena melihat perubahan mimik wajah Ara.
Ara tersenyum, "Setelah ini gue harap lo tetep jadi Satya yang gue kenal, dan gue mau lo jadi sahabat gue," ucap Ara lalu melepaskan tangan Satya.
"Ara. Beri gue alasan yang jelas,"
"Gue suka sama lo gak ada alasannya," ucap Ara tanpa membalikkan badannya.
"Terus maksud lo, lo pergi gitu aja gak ada alasannya?"
"Ibarat rumah. Kita datang dan pergi melewati pintu yang sama. Ya gitu, gue datang ke lo gak ada alasannya, dan sebaliknya,"
"Lo jahat Ra,"
"Banget," ucapnya berbalik menatap wajah Satya yang sendu, "Gue jahat. Karena itu gue pergi dari lo!"
"Oke. Lo boleh pergi,"
"Makasih, Satya. Sahabat gue," ucapnya, "Gue pergi, tapi gue gak akan pergi dari sahabat gue,"
Satya merasa sesak karena Ara memutuskan hubungan tanpa ada alasan yang jelas. Bukan karena ia tidak ingin memperjuangkan, ia tidak ingin memaksa Ara untuk tetap bersama dengannya. Mungkin memang sekarang Satya tidak menemukan alasan yang jelas, tapi dia tidak akan tinggal diam.
Dan Ara?
Ia merasa bersalah karena telah melukai orang yang berusaha berubah bersikap baik untuknya. Namun apa daya semua sudah terjadi, dan tidak akan mungkin ia bisa bersama dengan Satya karena statusnya sekarang adalah sebagai istri orang.
Ara langsung pergi. Yang semula berangkat bersama Satya, ia harus pulang sendirian. Karena ia menolak ajakan Satya untuk mengantarnya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Ketos
Teen FictionUsahakan follow akun author sebelum membaca:) •Aradina Twisnatya• Sekarang aku tahu, Cinta itu tumbuh karena terbiasa bersama, bukan karena terpaksa. •Dito Exsi Putra Previous• Ingat Sayang, Yang terpaksa bukan tidak mungkin untuk tetap bersama. Ha...