Menunggu itu membosankan. Sama halnya Dito. Menunggu lima belas menit dengan duduk di samping kulkas itu sangat-sangat lama.
Akhirnya ia memilih menyusul si biang kerok yang katanya ingin memasak malah di tinggal begitu saja.
"Heh!"
"Apa?" Ara menoleh dan mendongakkan kepalanya karena ia sedang tengkurap.
"Siapa yang masak?"
"Oh iya lupa. Gue kan mau masak." ujarnya lalu ia berdiri segera lari menuju dapur.
Kenapa Ara semangat sekali? Kemarin-kemarin ia paling anti dapur. Dan sekali masuk dapur, hampir bikin rumah kebakaran.
Kebakaran?
Dito kepikiran, "Kemarin telor ceplok aja gosong. Jangan-jangan sekarang lebih parah," ia segera berjalan cepat menyusul Ara ketika teringat kebodohan Ara dalam memasak.
"Eh-eh gak usah pegang kompor. Lo duduk aja. Gue yang masak." ucap Dito.
"Kenapa sih? Tadi suruh-suruh. Sekarang gak boleh!"
Emang susah di tebak pikiran laki-laki!
"Entar wajan ini kebakar! Besok lo gue ikutin kursus biar bisa masak!"
"Enak aja. Gue enggak mau! Minggir lo. Gue bisa masak ya! Lo cukup duduk, kalau perlu bantuin gue nyiapin bahan-bahannya. Udah gitu aja!"
Ara segera menyiapkan bahan-bahan. Dan Dito juga membantunya. Lebih banyaknya mengawasi agar tidak terjadi yang tidak-tidak.
Setelah semua siap. Ara mulai memasukkan bahan satu persatu untuk memasak tumis kangkung.
Jika dilihat. Ara lucu sekali. Apalagi di saat memasukkan bahan-bahan tumisan. Menjauh, jauh banget. Katanya agar tangan mulusnya tidak kena minyak.
Oke. Dia menurut. Masih berada di status waspada.
Selama memasak. Dito tidak di perbolehkan bicara. Ataupun pegang spatula, wajan, masukkin bahan-bahan, hanya Ara yang boleh.
Oke. Dia menurut lagi.
"Eh. Eh. Eh,"
Ara menghentikan gerakan tangannya.
"Kenapa?"
"Gila ya lo. Mana ada masak tumis se kelingking kasih garamnya se jempol!"
Ara menyengir, "Kebanyakan ya?"
"Kelewatan banyak!"
Lalu Dito mengurangi takaran garamnya, "Rasain dulu. Udah pas belum,"
Ara merasakan sedikit kuah dari tumis itu, dari spatula langsung ke lidah.
"Awwww,"
"Astagfirullah Ara." Dito langsung mengambil spatula tersebut.
Gila kali ya nih cewek.
"Kalau mau ngincip gak kayak gitu juga. Panas, gini nih,"
Ia mengambil sedikit kuah lalu di taruh di telapak tangannya.
"Kasih masakonya dikit lagi,"
Ara memasukkan. Lalu ia merasakan tumisnya seperti yang di contohkan Dito tadi.
"Enakk," ujarnya.
Dito menggelengkan kepalanya. Melihat tingkah gadis di sampingnya itu.
"Udah matikan kompornya. Sayur kalau lama-lama di masak itu gak bagus,"
Sabar.
Ara baru sadar.
Laki-laki di sampingnya itu bisa sesabar ini. Menambah tingkat ketampanan laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Ketos
Teen FictionUsahakan follow akun author sebelum membaca:) •Aradina Twisnatya• Sekarang aku tahu, Cinta itu tumbuh karena terbiasa bersama, bukan karena terpaksa. •Dito Exsi Putra Previous• Ingat Sayang, Yang terpaksa bukan tidak mungkin untuk tetap bersama. Ha...