Berdiri sendiri adalah caraku.
Aku tidak pernah menuntut agar kamu selalu bersamaku.
Jika kamu mau melengkapi kesendirianku, kemarilah.
Jika hanya sebatas rasa kasihan, semua orang bisa memberikannya. Dan aku tidak begitu membutuhkannya.
Maka, jadilah kamu untuk diriku. Bukan kamu bersama denganku tetapi bukan untuk diriku.
-
Ara tidur tengkurap setelah beberapa jam tadi ia menangis.
Ingat!
Ara bisa menangis.
Ia tidak menghiraukan ketukan pintu dan suara-suara yang memanggilnya.
Bisa-bisa dia makin gila kalau keluar dari kamar surganya tadi.
Tok tok tok
Lagi,
Pintu kamarnya berbunyi kembali. Membuat tidur yang tidak begitu nyenyak itu makin terganggu.
Apakah dia,emm. Maksutnya Dito belum pulang dari rumah orang tuanya?
Ya.
Ara sekarang berada di rumah Papa dan Mamanya.
"Ara sayang. Makan malam dulu. Gak lapar?" itu suara mamanya.
Dan, malam?
Ia melihat jam di ponselnya.
"Jam delapan?" gumamnya.
"Ara? Keluar yuk?"
"Enggak. Ara gak mau buka pintu kalau Dito masih berada di depan pintu!" tegasnya.
"Di sini gak ada Dito sayang. Dito tadi Mama suruh pulang. Beneran, mama gak bohong."
Ara melangkahkan kakinya, lalu membuka pintu dengan pelan dan mengintip.
Di sana hanya ada mamanya saja. Dengan sebuah nampan dan di atasnya ada nasi goreng serta segelas susu.
Ara kembali menuju ranjangnya dengan berjalan gontai. Pikirannya kembali lagi berkelana jauh kepada seseorang yang selama ini ia sayangi.
Bagaimana dia bisa bertahan hingga sekarang ini? Padahal sering kali Dito membuatnya kecewa. Dan akhirnya, bercanda?
Lalu, kali ini bercanda juga?
"Anak mama gak boleh sedih, makan dulu ya." ujar Mama Ara.
"Ara gak lapar Ma,"
"Mama suapin gimana?"
"Nanti aja Ara makan sendiri,"
Mama Ara menghela nafas, tidak ada gunanya memaksa putri tunggalnya ini. "Kamu gak mau dengar penjelasan Dito?"
"Mama gak usah bicara itu deh." ujar Ara kesal.
Ia sama sekali belum cerita apapun kepada semua orang. Bahkan ponselnya ia matikan. Jadi Mamanya tahu permasalahan ini mestinya dari Dito.
"Sayang, Dito gak mungkin punya yang lain selain kamu. Itu salah paham," Mama Wulan mencoba menjelaskan apa yang ia dengar dari cerita Dito tadi.
"Mama itu gak pernah tahu perasaan Ara bagaimana!"
"Mama juga pernah muda, jadi wajar kalau anak mama ini cemburu lihat kesayangannya jalan sama cewek lain,"
"Dito pasti cerita yang gak benar kan sama Mama?"
"Enggak Sayang. Dia sudah jelasin ke Mama dan Papa. Alasan kenapa dia bisa sama temannya di lapak pkl tadi."
"Gimana alasan dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Ketos
Teen FictionUsahakan follow akun author sebelum membaca:) •Aradina Twisnatya• Sekarang aku tahu, Cinta itu tumbuh karena terbiasa bersama, bukan karena terpaksa. •Dito Exsi Putra Previous• Ingat Sayang, Yang terpaksa bukan tidak mungkin untuk tetap bersama. Ha...