Ara bertamu ke rumah bu Lisa.
Malam-malam pula.
Ya biarin. Dia gak nyaman kalau bukan dengan Bu Lisa.
"Ada apa lagi Ara?"
"Dito bohong sama Ara,"
Lisa tercekat. Bohong kenapa lagi? Perasaan kemarin Ara bercerita via whatsapp kepadanya bahwa ia sangat bahagia. Karena siapa? Ya karena Dito.
Terus sekarang?
"Bohong kenapa Ara?" Lisa membalas pelukan Ara.
"Dito gak sayang Ara. Hiks,"
"Ara gak boleh nangis. Cerita deh ke bu Lisa apa yang terjadi. Kemarin kamu bahagia, kenapa sekarang sedih kayak gini."
Ara menceritakan semua yang ia alami tadi. Bu Lisa tahu, bagaimana perasaan Ara kali ini.
Kenapa sih, cinta anak muda serumit ini? Kenapa juga orang tua mereka tega menikahkan mereka di usia muda? Pikirannya masih labil.
Bu Lisa juga heran dengan Dito. Kenapa dia sering memberi kenyataan pahit kepada Ara setelah memberi kebahagiaan.
"Dito bercanda itu sayang," ujar Bu Lisa. Sebenarnya ia tidak yakin dengan apa yang ia ucapkan.
"Bu Lisa mau Ara ngalah lagi? Gak bisa bu. Ara udah gak percaya lagi sama Dito."
"Gak boleh gitu Ara sayang. Kamu harus pulang ya sekarang. Sudah malam."
"Jadi bu Lisa ngusir aku?"
"Eh. Bukan begitu. Pasti Dito nunggu kamu,"
"Enggak mungkin,"
"Bentar," Bu Lisa berjalan menuju jendela. Ia tadi sempat mendengar mobil berhenti.
Dan benar.
Ia tahu itu mobil siapa.
Ara pernah membawa mobil itu.
Berarti yang di dalam mobil tersebut adalah Dito?
Jadi ini gimana? Kalau gak sayang, kenapa harus ngikutin? Atau karena dia memang bertanggung jawab dengan keadaan Ara. Tidak lebih?
Sudahlah.
Mungkin bu Lisa akan merasa bersalah telah menyimpulkan dari salah satu sisi yang sebenarnya iapun tidak percaya.
Tapi ya bagaimana lagi.
Dia tidak mau.
Ia tidak mau, seseorang yang datang kerumahnya di hiasi bulir-bulir air mata itu semakin hancur.
"Dia sebenarnya sayang sama kamu,"
"Enggak mungkin bu Lisa,"
"Nyatanya di ngikutin kamu,"
"Darimana ibu tahu?"
"Coba deh keluar,"
"Gak mau." ujar Ara. Paling Dito ngikutin cuma karena tanggung jawab aja. Takut Ara kenapa-kenapa bukan berarti dia sayang. Tapi karena kemanusiaan.
"Bentar,"
Bu Lisa berjalan ke arah pintu. Lalu membukanya. Ia berjalan keluar.
Beneran Dito ngikutin?
Ia ikut berjalan, tapi bukan di pintu. Tetapi di jendela sebelah pintu. Ia menyibak gorden jendela sedikit, untuk melihat apa yang sedang terjadi di luar.
Sementara itu, Bu Lisa menghampiri seseorang yang masih setia berada di dalam Mobil.
Bu Lisa mengetuk pelan kaca mobil itu. Seseorang yang di dalamnya langsung membuka kaca mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Ketos
Teen FictionUsahakan follow akun author sebelum membaca:) •Aradina Twisnatya• Sekarang aku tahu, Cinta itu tumbuh karena terbiasa bersama, bukan karena terpaksa. •Dito Exsi Putra Previous• Ingat Sayang, Yang terpaksa bukan tidak mungkin untuk tetap bersama. Ha...