11

3.7K 511 49
                                    

.
.
.
Typo is my style
.
.
.


Entah sudah berapa kali Sooyoung menukar posisi tidurnya, namun ia tak kunjung mendapatkan posisi yang nyaman. Matanya sama sekali tidak mengantuk padahal jam dinding yang tergantung di sudut kamar tamu sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Sial, Sooyoung tak bisa tidur.

Tenggorokannya terasa kering, Sooyoung memutuskan bangkit lalu keluar dari kamarnya. Berjalan menuju dapur.

Dalam langkahnya menuju dapur, ia memikirkan Taeoh. Apa anak itu tidur dengan lelap di rumah sakit sekarang?

Ia sudah mengajak Taeoh untuk pulang karena besok anak itu harus bersekolah, namun Taeoh menolak ajakan Sooyoung. Anak itu bersikeras untuk tetap tinggal bersama Jihoon menjaga Taehyung.

Kalau sudah begitu mau bagaimana lagi. Dirinya tak ingin tetap tinggal disana dan melihat Taehyung yang tak berdaya, tidak untuk saat ini. Maka ia kembali dan memilih untuk pulang ke rumah Jimin. Memangnya mau kemana lagi?
"Soo?" Sooyoung mendapati Jimin yang baru saja memasuki dapur. "Kau belum tidur?"

"Ya, aku tak bisa tidur" jawab Sooyoung lalu memilih duduk di meja makan dengan gelas berisikan air dingin di tangannya.

"Siapa yang tinggal disana?"

"Hmm?" alis Jimin menaik, tidak mengerti maksud dari pertanyaan Sooyoung.

"Di rumah sakit"

Dalam diam Jimin tersenyum, Sooyoung masih peduli. "Jihoon, Taeoh, dan Chanyeol Hyung. Tenang saja, Taehyung am—"

"Aku hanya mengkhawatirkan putraku, Park Jimin"

Baiklah, Jimin tau bukan saatnya untuk menggoda adiknya itu. Maka dari itu ia memilih duduk seberang Sooyoung setelah menghabiskan segelas air dingin untuk membasahi tenggorokannya yang juga mengering.

Mengerti akan gelagat Jimin, Sooyoung mempersiapkan dirinya. Ia tak bisa menyembunyikan masalahnya dengan Taehyung selamanya dari keluarganya, mereka harus tau walaupun itu membuat Sooyoung harus malu sendiri.

"Apa yang terjadi?"

Pertanyaan sederhana namun membuat hati Sooyoung kembali merasakan sakit padahal ia sudah sangat tau jika Jimin akan bertanya seperti itu.

Memori otak Sooyoung kembali memutar kejadian beberapa hari yang lalu saat ia menemui Irene di kafetaria. Terus berputar berlanjut pada pertengkarannya dengan Taehyung. Sakit di hati yang sama dan semakin mendalam, Sooyoung tak tahu harus darimana ia memulai cerita menyedihkannya pada Jimin.

"Taehyung memiliki wanita simpanan. Bahkan mereka sudah memiliki anak" adalah dua kalimat sebagai pembuka untuk ia ceritakan kepada Jimin.

Kaget tentu saja. Perasaan marah dan kecewa mulai membara di benak Jimin. "Ya Tuhan! Ka— Kau serius, Soo?"

Tentu saja ia tak menyangka. Jimin tau bagaimana teman satu komplotannya itu begitu cinta mati nya pada adik perempuannya satu-satunya itu. Bahkan larangan Jimin sekalipun Taehyung langgar membuat tali pertemanan mereka sempat renggang dulunya. Dan saat ini?

Jimin benar-benar tak menyangka.

"Mereka kecelakaan. Wanita itu tewas, dan putrinya selamat. Dirawat di dalam inkubator"

"Kenapa kau tak memberitahuku sejak awal, Sooyoung?" Jimin menekan setiap perkataannya. Emosinya tersulut. Api kemarahan mulai berkobar di benaknya.

"Ak— aku—"

"Haruskah kita membiarkannya mati?"

Tangis Sooyoung pecah. Ia tak sanggup lagi menahan gemuruh tangisan yang hendak meledak dari dalam hatinya.

Anemone [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang