12

3.7K 515 98
                                    

.
.
.
Typo is my style
.
.
.

"Mom, boleh aku berbicara?" Sooyoung mengalihkan pandangannya menatap Taeyeon yang diam sejak tadi. Dalam hati meminta pendapat Taeyeon untuk apa yang harus ia lakukan sekarang. Dirinya masih bingung, sungguh.

Taeyeon mengangguk, menyuruh Sooyoung untuk menuruti permintaan Taeoh. Sebelum beranjak meninggalkan Sooyoung dan Taeoh, ia sempatkan untuk mengelus pucuk kepala Taeoh. Dirinya begitu menyayangi keponakannya yang satu itu.

"Mom, boleh aku bertanya?"

Pada akhirnya Taeoh pasti akan mempertanyakan masalahnya dengan Taehyung. Sooyoung benar-benar tak bisa mengelak lagi.

Melalui tatapannya, Sooyoung mencoba memberikan kekuatannya pada Taeoh. Ditariknya tangan kecil Taeoh ke genggamannya, "Sayang, Mom tak bisa terus bersama dengan Daddy mu. Ia sudah- ugh bagaimana mengatakannya ya. Kau tau, Daddymu memiliki 'itu' jadi dia- eumn mereka-"

"Aku memiliki adik tiri, benar? Dan dia tewas karena kecelakaan itu" umurnya sudah 11 tahun, jika Sooyoung tidak ingat. Umur yang sudah pantas untuk mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Ditambah Taeoh yang sudah duduk di kelas satu SMP karena akselerasi. Sudah pasti ia anak yang jenius, 'kan?.

"Ya, Daddymu selingkuh di belakang Mom. Mereka punya anak, adikmu, adik perempuan".

"Taeoh-ya. Maafkam Mom karena Mom tak bisa mempertahankan keluarga ini. Mom tak bisa terus bersama Daddymu kar-"

"Karena Mom merasa sakit. Aku juga, aku benci pada Daddy yang berkhianat di belakangmu. Tapi, Mom. Wanita sudah mati kan?" tak ada kesopanan di dalam kalimat Taeoh mengenai 'wanita simpanan Ayahnya' mengingat Taeoh adalah anak yang sopan dan tak pernah berucap informal kepada orang yang lebih tua darinya -kecuali Jihoon-.

Dia membenci Daddynya, perasaan dendam di dalam hati mendengar apa yang telah Daddynya lakukan terhadap Mommynya. Taeoh membenci Taehyung.

"Tapi Mom, tak bisakah Mom memberi Dad kesempatan? Aku benci pada Dad, tapi aku tak mau kedua orangtuaku berpisah" Taeoh begitu menyayangi kedua orangtuanya.

Beberapa hari yang lalu tanpa Ibunya saja Taeoh rasa sangat tidak enak. Makannya tidak terurus, bangun selalu kesiangan, seragam sekolah yang tidak disetrika, bahkan rumah yang tak pernah disapu. Ditambah Ayahnya yang sudah seperti mayat hidup waktu itu. Taeoh tahu Ayahnya menyakiti dirinya sendiri akibat ulahnya. Ia tak mau, cukup kemarin itu saja dirinya harus melewati hari tanpa Mommyanya, ia tak ingin lagi mesti hidup dengan orangtua tunggal.

"Mom, Dad membutuhkanmu. Mom tau, aku tak bisa berhenti menangis saat menunggunya sadar. Aku tak bisa tidur, berdoa dalam hati agar ia terbangun dan baik-baik saja. Aku tau Mom tersakiti, aku juga sakit Mom. Tapi bisakah kita tetap menjadi keluarga yang utuh? Aku tak ingin kehilangan Daddy-ku".

Sooyoung tak pernah mengira putranya sudah sedewasa ini. Mengatakan hal demikian kepadanya. Air mata yang masih tersangkut di pelupuk matanya, Sooyoung tau Taeoh menahan tangisnya mati-matian.

Memiliki orangtua tunggal memang tidak enak, Sooyoung tau hal itu mengingat ia yang sudah menjadi anak yatim sejak kecil. Hidup dengan orangtua tunggal, Ibunya.

Luka di hati Taeoh, tentu Sooyoung mengerti. Ia sudah menjalani hidup terlebih dahulu sebelum putranya itu. Namun Taeoh tidak tau bagaimana lebarnya luka di hati Sooyoung. Dan ia tak mungkin mengatakan segala isi hatinya kepada putranya.

"Demi aku, bisa Mom?" suara Taeoh bergetar, ia memohon kepada Ibunya dengan putus asa.

Hembusan napas Sooyoung buang, suatu keputusan telah ia ambil.

Anemone [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang