PROLOG

516 10 1
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh.
Hey, kemarilah... Akan aku ceritakan sesuatu hal yang mungkin Allah akan tersenyum mendengarnya.
Tapi berjanjilah untuk merahasiakan ini, hanya Sang Pencipta, aku dan dirimu yang tahu.

Namanya Zoura Annisa, berusia 24 tahun. Ia seorang pegawai swasta, yang bekerja disebuah perusahaan parfume terbesar di Ibu kota Indonesia, Jakarta. Genap satu tahun Zoura bekerja disini. Ia teramat bersyukur, karena pekerjaannya tidak terlalu berat disana. Tapi... Yang membuatnya lebih Bersyukur lagi adalah, kenyataan bahwa perusahaan ini mau menerima dirinya dan mereka yang mengenakan hijab.

Zoura tinggal jauh dari kedua orang tuanya, yang menetap di Palembang. Sesekali, kalau ada hari libur panjang, Zoura selalu menyempatkan diri untuk kembali ke kota kelahirannya itu. "Aku merindukan malaikat dan bidadarinya surgaku" Ya... Seperti itulah yang dikatakan Zoura, saat menyapa hangat pelukan tenang kedua orang tuanya.

Di Jakarta, Zoura menjadi anak kost-kostan. Ia sosok perempuan yang hemat, ia sosok perempuan yang baik "Tapi aku bukanlah manusia sempurna. Sekarang pun aku masih berusaha memahami Islam" Haha... Zoura selalu seperti itu.

Masih teringat... Saat awal-awal Zoura mengenakan hijabnya, ia mendapatkan pernyataan cinta dari seorang pria tampan nan mapan. Siapa yang tidak mau? Para wanita pasti rela sakit untuk memperebutkannya.

"Maukah kamu menjadi kekasih ku?" Ungkap pria tinggi yang katanya bernama Hendry itu, pernyataan Hendry sudah pasti membuat Zoura tertegun mendengarnya.

Sebelum Zoura mengeluarkan kalimatnya, nampak Zoura sejenak merampungkan senyum surganya, hangat sekali... "Maaf, aku tidak bisa menjadi kekasih mu" Tutur Zoura, jelas saja itu artinya ia menolak.

"Kenapa?" Tanya Hendry penuh rasa getir.

"Karena aku tidak ingin membuat Allah ku cemburu" Masyaallah, luar biasa sekali niatnya berhijrah dijalan Allah. Tapi... Sudahlah, jangan terlalu sering memuji Zoura, nanti dia mengulangi kalimat jitunya itu lagi. Haha...

**********

"Aaarrggghhh... Anak-anak aku itu nakal-nakal banget, Ra" Seru seorang wanita saat menghamparkan duduknya dikursi kerja yang tepat sekali berdampingan dengan Zoura, Zoura tersenyum manis mendengarnya.

"Mba Nimas, dua tahun yang lalu aku juga anak yang nakal" Ujar Zoura, sukses menampilkan kerutan didahi wanita bernama Nimas itu.

Jelas saja Nimas tidak percaya. Kalau dilihat-lihat, mana mungkinlah gadis soleha dan berwajah surga seperti Zoura baru bertobat diusianya yang tidak belia lagi.

"Nakal apanya kamu? Palingan juga membunuh nyamuk" Tutur Nimas seraya tertawa geli, sedangkan Zoura masih setia mengukir senyum indahnya disana. "Hmm... Mulai deh sok misteriusnya. Umbar aja senyum manis kamu itu terus Ra. Sengaja ya buat aku iri terus protes ke Allah, karena aku ngga bisa juga punya senyuman manis kayak kamu?" Canda Nimas lanjut berkata.

Haha... Sungguh Zoura tidak bermaksud seperti itu, ia hanya tidak ingin membuka aib seseorang. "Cerita sih Ra, please... Aku jadi penasaran tahu. Kenakalan apa sih yang dibuat oleh perempuan baik-baik seperti kamu?" Pinta Nimas membuat Zoura tampak menarik tenang nafasnya.

Zoura pun sejenak tersenyum manis kembali. Ia pun lantas berkata, "Bismillahirohmanirohim... Dua tahun yang lalu, aku menangisi keberangkatan mantan pacar ku mba. Aku berdosa, karena sudah membuat Allah ku cemburu" Lanjut Zoura, kembali membuat Nimas mengerutkan dahinya lagi.

"Oh... Jadi ini kenakalan kamu sama Allah? Ha... Ada-ada saja kamu Ra" Sadar Nimas mengundang gelak tawa. "Udah ah, kerja-kerja Ra. Kamu tahu sendirikan, katanya atasan baru kita mulai masuk hari ini. Beri kesan yang baik, dihari pertama beliau. Oke"

"Iya mba"

**********

Seperti inilah keseharian Zoura, yang harus bekerja selama 6 hari dalam satu minggu. Kekesalan, kemarahan, dan canda serta tangisan sudah terlalu sering Zoura dengar dari rekan kerjanya Nimas.

Nimas seorang Ibu muda yang selalu memiliki problematika dalam kehidupan rumah tangganya. Ia memiliki seorang suami yang tempramentalnya tinggi.

"Selama suami mba tidak berkata kasar dan main tangan. Percaya mba, ia masih bisa membimbing mba ke jalan menuju surga. Semua orang berhak marah mba, tapi dalam kemarahan harus tahu batasan-batasannya" Yap... Kata-kata itulah yang selalu Zoura berikan untuk menyahuti curhatan hati Nimas. Walau tidak tahu, mampu menenangkan atau tidak? Tapi setidaknya Zoura telah menjelaskan, bahwa dirinya begitu mempedulikan Nimas.

*********

Pagi masih menegaskan kesuciannya. Ya... Walaupun sudah dinodai oleh polusi dari kendaraan, tapi tdak apa, tidak masalah. Jangan marah, Allah saja tidak marah karena hal itu. Asalkan tujuannya berhijrah dijalan Allah.

Semua pegawai sudah tampak berdiri didekat meja kerjanya masing-masing. Bukan untuk antri membeli tiket masuk ke surga, tapi untuk menyambut kedatangan atasan baru mereka, yang dengar-dengar kabar kalau atasan baru mereka ini pria muda berusia 28 tahun, yang memiliki jiwa on time tinggi. Uuusssttt... Sudah, tidak baik bergosip.

"Apakah dia tampan Ra?" Tanya Nimas yang saat itu menundukkan penglihatannya sejenak, seraya memperbaiki name tagnya yang memang selalu merekat kuat di dada kiri bajunya. Setelah memastikan name tagnya rapi, Nimas pun berlalu mengangkat pandangannya dan memandang lekat Zoura yang entah kenapa tampak diam seribu bahasa?

Nimas pun mengalihkan pandangannya menatap atasan barunya itu, "Dia Athaya, mantan pacar kamu itu kan Ra?" Seru Nimas ikut terbelalak matanya.

Benar saja, Nimas masih ingat foto Zoura bersama Athaya yang waktu itu hendak dihapus Zoura, karena Zoura tidak ingin membuat Allah cemburu katanya.

Athaya yang sejak tadi membawa senyum hangatnya sejenak tampak melirik Zoura, tapi seperdetik kemudian ia membuang jauh pandangannya kembali, beralih menatap suasana kantor barunya yang dipenuhi dengan aroma parfume itu.

"Astafiruallahalazim" Seru Zoura cepat-cepat membuang jauh pandangannya pula. Melihat orang yang bukan mahram itu, dosa. Itulah yang Zoura sadari.

KEKASIH HIJRAH KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang