11. AKU HANYA MENGINGAT ALLAH SWT.

61 3 0
                                    

(ZOURA)

Hari ini adalah hari libur ku. Setelah aku selesaikan makan siang ku bersama dengan Kak Ali, seraya aku titipkan payung Pak Athaya kepada Kak Ali, aku pun berlalu berjalan kembali menuju kostan. Tidak... Aku lebih memutuskan untuk pergi ke Mall sejenak, membeli makanan atau stok lainnya untuk mengisi ruang kosong dikost-kostan ku.

Beli secukupnya, setidaknya bisa bertahan selama satu minggu sebelum aku pulang ke Palembang untuk temu rindu bersama Ayah dan Ibu ku. Kak Ali akan ikut pulang pula ke Palembang, katanya selain merindukan Ibu dan Ayah, Kak Ali juga merindukan makanan khas Palembang, empek-empek.

Inilah aktivitas ku setiap libur, tidak pula sering bepergian ke Mall, tapi lebih sering mampir ke minimarket dekat kostan untuk membeli cemilan. Kata Ayah dan Ibu, aku harus berhemat, biar hidup bisa berbagi dengan yang lainnya.

Setelah sampai dikostan kembali, aku pun masih menyibukkan diriku, bersih-bersih kostan, jangan sampai menjadi sarang tempat para hantu berkeliaran, tak apa kan bila aku sebut mereka hantu?

"Siang Zoura" Sapa seorang tetangga ku saat aku tengah sibuk menyapu teras kost-kostan ku. Beliau Ibu Tiara, yang sering sekali membagi masakannya kepada ku. Katanya, siapa lagi yang hendak memakannya? Anak Ibu cuma ada satu, suami pun telah tiada. Ya... Ibu Tiara ku sebut, perempuan sendiri yang mandiri. Kebanggaan ku terhadap Ibu Tiara adalah, karena ia yang nyatanya berbeda agama dengan ku, namun tidak pula membeda-bedakan aku dengan yang lainnya.

"Siang Ibu" Sahut ku membalas salamnya.

"Ibu hari ini hendak pergi ke gereja bersama anak Ibu, boleh Ibu minta bantuan kepada mu untuk menjaga rumah sebentar?" Ujar Ibu Tiara, aku pun tersenyum seraya ku anggukkan kepala ku. Tak apa, lagian aku tidak memiliki rencana lainnya siang hingga malam nanti, mungkin.

"Iya Ibu, jika Ibu benar mempercayai saya. Syukurlah"

"Kamu perempuan yang baik, lantas kenapa Ibu harus meragukanmu?"

"Terima kasih Ibu"

"Iya sama-sama. Mari Zoura, Ibu pergi dulu"

"Iya Bu, berhati-hatilah" Ibu Tiara pun berlalu pergi meninggalkan teras kostan ku, berlalu melangkah masuk ke dalam mobilnya yang memang sering dikendarai oleh anak perempuannya bernama Christina. Mobil pun melaju dan aku kembali sibuk dengan sapu ku.

**********

Sejenak ku helakan nafas ku, saat sekarang aku sudah bersandar dikursi yang berada di dalam kost-kostan ku. Aku yang terdiam seketika saja dikaget oleh detingan klakson mobil.

Ku intip sejenak dari jendela ruang tamu kostan ku, sudah terlalu familiar aku mengenali mobil SUV abu-abu itu, ya... Itu mobil milik mas Gibran, suaminya mba Nimas.

Ku langkahkan kaki ku akhirnya menuju teras rumah, ku lihat mba Nimas dan kedua anak laki-lakinya turun dari mobil secara bersamaan, tapi tidak dengan mas Gibran. "Zoura" Sapa mas Gibra ramah, hanya dari balik pintu kaca jendela mobilnya. Ku balaslah senyuman itu.

Mba Nimas dan kedua anaknya yang akhirnya sudah sampai didekat ku pun tampak pula memamerkan senyum khasnya. "Aku boleh numpang sebentar Ra?" Tanya mba Nimas meminta izin.

"Boleh-boleh aja mba" Jawab ku cepat.

"Mas Gibran mau ke kantornya sebentar. Mau ke rumah Ibu dan Ayah ku, ternyata mereka sedang pergi. Sudah tanggung kalau mau pulang lagi ke rumah, jadi aku biarkan mas Gibran pergi ke kantornya sejenak, lalu menjemputku kembali setelah kedua orang tua ku berada dirumah mereka"

KEKASIH HIJRAH KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang