13. BERJANJILAH KEPADA KU AYAH

57 3 0
                                    

(ATHAYA)

Malam ini, dikamar ku tepatnya. Kamar yang sering Ayah juluki perpustakaan dadakan. Ya... Kamar ku ini memang dipenuhi oleh buku-buku. Banyak novel romance, alhamdulillah... Banyak pula buku-buku islamic.

Malam ini aku sediakan waktu ku untuk menyendiri sejenak, merepotkan diri dengan data-data yang hendak aku persiapkan untuk rapat diesok hari. Sungguh berterima kasih diriku kepada Ayah, yang mengerti kesibukan ku dan membiarkan dirinya sibuk sendirian bersama tontonan agamanya.

Ku sempatkan pula waktu sepi ku ini untuk menimbang keputusan yang dipertanyakan Pak Hans dan kantor pusat kepada ku hari ini. Tak ingin berlama-lama menahan, takutnya membuat orang lain kerepotan pula.

Tapi... Sungguh kebimbang masih saja menghantui relung jiwa ku. Ku ambil, atau tidak ya? Ya... Pertanyaan seperti itulah yang terus bergejolak dipikiran ku. Ya Allah, jangan Engkau biarkan hati hamba-Mu ini dilema karena bawa perasaan atas menimbang. Aku tak ingin bawa perasaan karena hal duniawi, sungguh hanya kepada Engkau lah hamba hendak dilema.

**********

Tanpa terbayang, pagi pun kembali menyapa. Hari kembali bersama dengan matahari-Nya lagi. Hari selasa, hari sibuk kedua dari satu minggu. Tepat pukul 9, para pegawai telah berkumpul mengikuti rapat ku hari ini. Hari ini temanya, akan aku bahas mengenai produk baru yang akan segera launching insaAllah diawal bulan depan nanti. Tepatnya diminggu depan, jikalau Allah mengizinkan.

Semua pihak departemen, syukurnya sudah menyatakan kesiapannya, mungkin masih bersisa 10% lebih lah. Alhamdulillah, tidak apa... Aku sudah sangat teramat bangga, karena semua pegawai telah bekerja dengan kerasnya.

"Ya sudah, jika memang pekerjaan kalian cepat selesai. Kita akan langsung saja memproduksi parfume baru kita. Lalu kita launchingkan segera pula" Tutur ku.

Semoga mereka tidak tertekan mendengarnya, tapi berharapan malah mereka lebih bersemangat untuk lebih cepat merampungkan produk parfume terbaru ini.

"Kalau begitu saya akhiri rapat hari ini. Semangat untuk tim kita, bekerja atasnama Allah SWT. Salam sejahtera, asalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh" Akhir ku, tampak ku lihat senyum bangga diraut wajah mereka. Alhamdulillah, syukurlah...

*********

Siang pun tanpa terasa menjelang kembali. Sungguh ku helakan nafas ku sejenak setelah shalat Dzuhur untuk berterima kasih kepada Allah SWT, karena telah masih mengizinkan aku untuk menghirup oksigen dibumi-Nya.

Masih pukul 12 lewat, jam istirahat juga masih ada. Apa yang harus aku lakukan? Apa lebih baik aku pergi ke Mall sejenak untuk membeli titipan Ayah kepada ku. Ya... Ayah menitipkan kepada ku untuk membelikannya sepatu pantofel, katanya untuk simpan-simpan jika nanti aku telah meminang seorang perempuan. Haha... Dasar Ayah, ada-ada saja.

Baiklah, sekarang aku sudah berada disalah satu toko sepatu yang ada di Mall. Mall lumayan ramai siang ini, mungkin karena banyak mereka yang tengah memilih menikmati makan siangnya di Mall. Aku pun mulai menyibukkan diriku untuk menentukan mana sepatu yang baik untuk Ayah. Biar terlihat cocok, tapi tidak tampak berlebihan pula.

"Yang ini ada ukuran 41nya?" Tanya ku langsung kepada seorang kasir pria.

"Ada mas, tunggu ya" Ujar kasir pria itu, lantas berjalan sejenak ke gudang toko yang tepat sekali ruangannya berada dibelakang meja kasir. Tak berapa lama pun ia kembali keluar seraya membawa kotak sepatu yang aku minta tadi. "Ini mas, coba dilihat dulu"

Aku pun berlalu membuka tenang kotak sepatu itu, benar... Pas sekali dengan ukuran sepatu Ayah. Ya sudah, pilihan ku pun akhirnya ku jatuhkan kepada sepatu pantofel berwarna hitam polos ini.

KEKASIH HIJRAH KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang