2. BAPER ITU BOLEHNYA CUMA SAMA ALLAH

209 5 0
                                    

(ZOURA)

Malam ini waktu sudah menunjukkan pukul 19.30, aku masih berada tenang diatas kursi kerja ku seraya mendengar keluhan mba Nimas yang marah-marah kepada komputernya yang memang saat itu sedang datang errornya. Aku hanya bisa tersenyum, tak niat menyahutinya, takutnya akan membuat kemarahannya lebih meningkat. Astafiruallahalazim...

"Mba... Mba Zoura dan mba Nimas dipanggil atasan" Terdengar perkataan seorang laki-laki berkemeja hijau kepada ku dan mba Nimas.

"Terima kasih ya" Ucap ku, laki-laki itu pun berlalu pergi meninggalkan kami.

"Kamu aja Ra, mba capek banget nih"

"Jangan mba, ngga baik kalau aku datang sendirian ke ruang kerja Pak Athaya"

"Kenapa? Takut baper ya?"

"Astafiruallahalazim" Ucap ku seraya membawa senyum ku. "Baper itu bolehnya cuma sama Allah mba. Udah yok, kita buru kesana. Semangat mba, demi anak" Ajakku, manisnya mba Nimas yang mau tidak mau pun akhirnya beranjak malas dari duduknya.

Maaf ya mba Nimas, ini sudah tanggungjawab kita. Jika aku pergi sendirian menemui Pak Athaya, baik walau sebagai atasan ku, rasanya tidak pantas saja. Sungguh sekali lagi, aku tidak ingin berbuat dosa dan membuat Allah cemburu.

Aku biarkan mba Nimas mengetuk pelan pintu ruang kerja Pak Athaya, yang berwarna coklat muda itu. Sedangkan aku memanjatkan doa ku kepada Allah, untuk menghilangkan rasa yang mungkin nantinya akan membawa bencana buruk bagi amalan ku. Kami pun berlalu masuk ke dalam, setelah Pak Athaya benar-benar mengizinkan kami masuk.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh. Permisi Pak" Sapa ku sewajarnya.

Ia pun juga menyahut seadanya, "Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh. Bisa saya meminta bantuan?" Katanya lanjut, kami pun insaAllah menyanggupinya.

Ia meminta kepada kami untuk mendesain cover produk parfume barunya dalam kurun waktu 2 minggu. Jujur saja, aku tidak ingin berdusta... Sangat sulit bila harus menyelesaikannya dalam waktu 2 minggu. Tapi inilah ujian Tuhan yang harus dihadapi oleh aku dan mba Nimas, juga para pegawai di departemen lainnya. Ini sudah menjadi tanggungjawab kami, dan kami haruslah ikhlas mengerjakannya.

Tenang saja, yakinkan dalam hati, Allah pasti mempermudah segalanya. Ia tidak akan meninggalkan mu, juga tidak akan menyulitkan mu, selalu ada jalan terindah kelak. Bismillahirohmanirohim...

**********

"Athaya ternyata pria yang baik ya Ra. Kenapa kalian putus? Sayang banget loh" Ujar mba Nimas, saat kami sudah kembali ke meja kerja.

Aku pun tersenyum menyahutinya. Aku diam, bukan sombong tidak ingin menanggapi perkataan mba Nimas. Hanya saja, aku teringat Allah dihati dan dipikiran ku sekarang.

"Mau langsung pulang Ra?" Tanya mba Nimas sesaat melihat ku berberes-beres.

"Iya mba. Mba belum mau pulang?"

"Masih ada pekerjaan yang harus mba selesaikan malam ini. Mba nyusul aja deh pulangnya"

"Suami mba jemput?"

"Iya Ra. Tenang, jangan khawatir, jangan risau. Mba udah punya suami yang siap jagain mba. Kamu tuh yang harus dikhawatirin, hati-hati kamu dijalan"

"Iya mba, terima kasih atas perhatiannya. Titip salam untuk keluarga ya mba"

"Iya Ra"

"Aku duluan mba" Aku pun melangkahkan kaki ku dengan nyaman diatas kubin-kubin kantor, meninggalkan jejak-jejak kaki yang insaAllah akan kembali kepada ku lagi disaat Tuhan menyuruhku untuk pulang kerumah-Nya.

KEKASIH HIJRAH KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang