10. KUATKAN IMAN KU UNTUK MEMINANGNYA

78 4 0
                                    

(ATHAYA)

Kali ini pagi menyambutku dengan cara yang berbeda, ya... Hujan turun dengan derasnya pagi ini. Ayah yang selalu saja mengkhawatirkan ku, tampak sibuk menyiapkan payung untuk aku simpan dan aku gunakan saat hendak turun dari mobil.

Ayah bilang, "Ayah tidak akan marah bila hujan membuatmu sakit, terlalu takut bagi Ayah untuk memaki hujan yang nyatanya dikehendaki oleh Allah. Tapi Ayah bisa saja kesal kepada diri Ayah sendiri, karena sebagai orang tua Ayah lupa menyiapkan payung atau sekadar jas hujan untuk melindungi anak Ayah dari hujan" MasyaAllah, sungguh mulia hati Ayahku ini.

Jangan, jangan iri terhadap Ayahku. Ayahku hanya manusia biasa, sungguh. Maaf jika dirimu sudah tidak memiliki Ayah lagi, aku benar-benar tidak bermaksud untuk membuatmu marah apalagi bersedih. Aku pun merasa begitu kepadamu, yang masih memiliki seorang Ibu. Tapi jika Allah sudah terlebih duluan mengajak Ayah dan Ibumu untuk pulang kerumah-Nya, jangan bersedih, hendaklah berdoa, agar Allah mengundang Ayah dan Ibumu ke surga jannah-Nya. Aamiin...

"Ayah aku harus pergi sekarang" Kata ku setelah aku melirik jam dipergelangan tangan kiri ku.

"Iya, hati-hati dijalan nak, jangan lupa gunakan payungnya. Bila memang tak tergunakan untukmu, maka berikan kepada mereka yang membutuhkannya" Tutur Ayah, aku pun lantas tersenyum.

Sejenak ku cium kening lembut Ayah ku, yang hampir saja mulai menampilkan kerutannya. Lantas aku ucapkan, "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh Ayah"

Ayah pun menjawab, "Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh"

Aku pun berlalu melangkahkan kaki ku menuju garasi rumah, menghampiri mobil yang sudah beberapa hari ini menemani langkah ku menuju kantor. Hari ini hari sabtu, jadi jalanan lumayan sepi. Syukurlah, setidaknya tidak banyak orang yang kesulitan keluar karena hujan deras yang mengguyur.

Aku yang menghentikan laju mobil ku karena lampu merah lalu lintas, tampak sejenak tertegun saat mendapati Zoura tengah berlari cepat menuju halte. Entah mau kemana ia pagi-pagi begini? Bukannya ia libur bekerja?

Aku sungguh kasian melihatnya hujan-hujanan seperti itu, tapi cepat-cepat ku halau pikiran hati ku, serta tatapan mata ku darinya, dosa! Dia bukan mahram ku.

Tapi file di memoriku seketika saja memutar dokumen yang berjudul, nasihat Ayah ku dirumah tadi, "Iya, hati-hati dijalan nak, jangan lupa gunakan payungnya. Bila memang tak tergunakan untukmu, maka berikan kepada mereka yang membutuhkannya" Ya... Apa aku berikan saja payung ini untuk Zoura? Dia lebih membutuhkannya ketimbang aku.

Aku pun akhirnya mengambil keputusan, ku parkirkan mobil ku di tanah parkir depan sebuah minimarket yang tepat sekali berdampingan dengan halte. Lantas aku keluar dari mobil seraya berlari menghampiri Zoura. Zoura terdiam melihat kehadiran ku, ku lihat kemudian ia cepat-cepat berlalu membuang pandangannya. Ya... Aku paham, dan aku tidak akan sedikitpun tersinggung dengan sikapnya, karena ia sungguh perempuan yang soleha.

"Ayah yang membawakan payung ini, silahkan kamu gunakan. Jika tidak, berikan saja kepada mereka yang lebih membutuhkan" Kata ku langsung ke pokok pembicaraan, biar tidak bertele-tele, biar tidak timbul fitnah dan dosa pula.

Tampak ragu, Zoura pun melirik payung itu, yang aku biarkan bersandar diam didinding halte. "Aku duluan, aku harus ke kantor sekarang. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh" Akhir ku, lantas bergegas pergi setelah aku mendengar sahutan tenangnya, "Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih"

Hems... Semoga kejadian tadi bukan dosa Ya Allah. Sungguh, aku hanya sekadar ingin menolongnya, tidak bermaksud lebih. Aku pasrahkan pula kepada-Mu Ya Allah, terserah bila ada seseorang yang melihat ini dan menilai ku kembali menjadi seorang pria yang tega, yang kenapa tidak menawarkan tumpangan saja ketimbang memberikan seorang perempuan payung? Sungguh, telah aku ikhlaskan segalanya.

KEKASIH HIJRAH KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang